Olahraga Tradisional - Kamu pasti sudah tidak asing atau bahkan sering melakukan olahraga seperti basket, futsal, atau sepakbola. Betul tidak? :D
Tapi, apakah kamu tahu, kalau ternyata kita punya olahragra tradisional yang sudah dimainkan sejak zaman nenek moyang kita?
Mungkin anak-anak sekarang sudah jarang yang memainkan jenis olahraga tradisional ini, tapi bagi para generasi 90an, olahraga ini merupakan permainan yang sangat menyenangkan dan seru ketika dimainkan bersama-sama, baik ketika pulang sekolah atau liburan.
Terdapat beberapa jenis olahraga tradisional seperti lompat batu pulau nias, karapan sapi, enggrang, tiban, silat, jemparingan dan mendayung.
Semua olahraga tradisional tersebut, akan kita bahas secara lengkap beserta sejarah singkatnya. Simak uraiannya berikut ini:
via pinterest.com
Sebelum membahas pengertian dari olahraga tradisional, ada baiknya kita mencoba sekali lagi untuk memahami pengertian dari olahraga itu sendiri.
Secara umum olahraga adalah sebuah aktivitas latihan fisik yang bertujuan untuk menjaga kesehatan, kekuatan, fleksibilitas dan daya tahan tubuh.
Dengan kata lain, sebenarnya segala jenis aktivitas fisik yang menimbulkan berbagai manfaat tersebut bisa saja dikatakan sebagai olahraga.
Akan tetapi karena ada sebab tertentu maka semua jenis aktifitas fisik tidak bisa dikatakan sebagai olahraga meskipun aktivitas tersebut bisa menghasilkan manfaat serupa bagi tubuh.
Oleh karena itulah aktivitas mencangkul di sawah, angkut-angkut barang, mengayuh becak, bersih-bersih pekarangan, dan lain sejenisnya dikatakan sebagai aktivitas kerja, bukan olahraga.
Kenapa demikian?
Sebab, pertama olahraga dalam hal ini merupakan aktivitas tubuh secara spesifik dengan teknik tertentu dan tujuan tertentu yang selain mendatangkan manfaat bagi kesehatan tubuh juga bisa dipertandingkan dalam perlombaan atau kompetisi olahraga baik dalam tingkat daerah, nasional atau internasional.
Kedua, olahraga selain bisa menjadi gaya hidup juga menjadi tontonan dan hiburan tersendiri.
Dari hal itulah kemudian kita mengenali berbagai jenis olahraga yang juga dipertandingkan dalam kancah nasional ataupun internasional seperti olahraga atletik, olahraga beladiri, olahraga air, olahraga permainan seperti sepak bola, basket, voli, bulu tangkis, tenis, dan lain sebagainya.
Oleh karena olahraga ini bisa bersifat dipertandingkan, maka tak jarang olahraga juga dekat maknanya sebagai permainan/games yang menyenangkan.
Lalu bagaimana dengan olahraga tradisional?
Pada dasarnya olahraga yang dipertandingkan dalam kancah internasional mula-mula adalah olahraga lokal atau tradisional yang berasal dari satu wilayah tertentu dan akhirnya menyebar ke wilayah lain.
Masing-masing olahraga memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.
Biasanya, suatu jenis olahraga bisa menjadi olahraga internasional bilamana olahraga tersebut bisa diadopsi untuk dimainkan diberbagai negara.
Bila sudah demikian, biasanya akan lahir suatu organisasi internasional dan nasional untuk memayungi olahraga tersebut.
Tujuannya adalah, salah satunya, membuat suatu aturan main global sehingga masing-masing negara akan memiliki standard aturan main yang serupa.
Karena salah satu sebab itulah yang telah dijelaskan di atas itulah pada akhirnya ada jenis-jenis olahraga tradisional yang tidak bisa dimainkan di tempat lain atau olahraga ini hanya berkembang dalam skala yang lebih kecil dari skala nasional.
Dengan demikian, jika di tarik dalam ranah pengertian, maka olahraga tradisional adalah suatu jenis olahraga yang berasal dari suatu daerah tertentu dengan latar belakang budaya tertentu dan hanya berkembang baik dalam ranah lokal sebagai bagian dari kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
via pinterest.com
Sebagian besar dari jenis-jenis olahraga yang kita kenal saat ini berasal dari permainan dalam masyarakat, bahkan tak jarang bermula dari permainan sekelompok anak kecil.
Namun ada juga olahraga yang berasal dari peperangan, atau dari aktivitas kerja seperti berburu binatang atau bahkan dari seni pertunjukan dan ritual budaya yang memiliki nuansa religius.
Dalam olahraga tradisionalpun juga demikian, mengingat olahraga tradisional merupakan cikal bakal dari olahraga internasional.
Sebagian besar olahraga tradisional di Indonesia berasal dari kehidupan sehari-hari seperti aktivitas bertani berburu, bermain, atau bahkan berasal dari salah satu bentuk cara untuk menyerang atau membela diri.
Budaya, iklim dan kondisi geografis dari wilayah-wilayah di Indonesia juga memperngaruhi corak dan bentuk dari olahraga tradisional nusantara dan dalam hal ini kita bisa melihat dari budaya negara lain sebagai pembanding.
Misalnya, olahraga seluncuran es atau hoki pastinya berasal dari negara-negara yang memiliki iklim dingin dan bersalju. Atau olahraga mendayung, misalnya, pasti berasal dari daerah-daerah perairan dan olahraga balap kuda pasti berasal dari daerah padang rumput.
Untuk memahami hal ini lebih lanjut, mari kita bahas dalam poin klasifikasi olahraga tradisional yang akan dijelaskan berikut ini.
via pinterest.com
Olahraga tradisional sangat banyak ragamnya. Berpijak dari latar belakang asal-usul munculnya olahraga tersebut, berikut ini merupakan beberapa klasifikasi dari jenis-jenis olahraga tradisional berdasarkan kategorinya, yakni:
Setiap daerah memiliki latar belakang budaya masing-masing dan tak luput dari peperangan di masa lalu. Oleh karena itulah muncul berbagai jenis aliran beladiri yang berbeda-beda.
Meski beladiri dari berbagai macam aliran merupakan seni olah tubuh yang pada dasarnya memiliki kesamaan tujuan, misalnya untuk mengolah kekuatan, ketahanan, kelenturan, kecepatan dan lain sebagainya yang dipergunakan untuk bertahan dan menyerang, namun kearifan lokal masing-masing budaya bisa menghasilkan jenis beladiri yang bisa saja sangat jauh berbeda antar satu daerah dengan yang lain.
Hal ini bisa kita lihat dari jenis-jenis beladiri yang ada, diantaranya adalah silat, gulat, sumo, kungfu, karate, taekwondo, tinju, dan lain sebagainya.
Olahraga bela diri ini masih bisa dibagi menjadi 2 kategori, yakni beladiri tangan kosong dan beladiri dengan menggunakan senjata.
Namun, sebagai bagian dari olahraga yang diperlombakan, hanya sedikit jenis beladiri dengan senjata yang bisa masuk dan itupun penuh dengan aturan untuk menjaga keselamatan atlet, misalnya adalah anggar yang dulunya berasal dari beladiri dengan menggunakan pedang.
Dari beberapa jenis beladiri dari berbagai latar belakang budaya berbeda, bela diri silat, kungfu, sumo, dan thai boxing masih dianggap sebagai seni beladiri tradisional yang kental dengan nilai budaya meski beladiri tersebut telah dikenal dan dipelajari oleh berbagai negara lain dan menjadi beladiri internasional.
Ada banyak jenis olahraga balapan yang bisa dikategorikan sebagai olahraga balap tradisional, atau dengan kata lain, tanpa menggunakan peralatan modern seperti mesin dan lain sebagainya.
Selain lari, balap karung, atau olahraga tanpa alat bantu lainnya, tentu juga ada engrang, balap kuda, balap perahu (mendayung), karapan sapi, dan lain sebagainya.
Untuk jenis olahraga seperti balap kuda dan mendayung ini merupakan olahraga yang sudah mendunia sejak lama, bahkan sejak era klasik di masa lalu.
Balap kuda disebut sebagai olahraga karena joki penunggang kuda harus membutuhkan latihan tertentu agar bisa mengendalikan kuda dengan baik dan cepat.
Berbagai jenis olahraga permainan seperti sepak bola, sepak takraw, bulu tangkis, voli, dan lain-lain adalah jenis olahraga yang mula-mula merupakan olahraga tradisional dan merupakan suatu permainan yang dimainkan baik oleh anak-anak ataupun oleh orang dewasa.
Namun karena kemudian olahraga tersebut telah mendunia dan dipayungi oleh organisasi internasional, maka berbagai jenis aturan dan pembaharuan permainan telah dibuat untuk menyempurnakan berbagai jenis olahraga permainan tersebut.
Adakalanya suatu jenis olahraga bermula dari suatu bagian dalam aktivitas ritual budaya, diantaranya adalah olahraga tiban, lompat batu pulau Nias, dan karapan sapi.
Dari segi ritual, acara tersebut digelar untuk keperluan khusus.
Misalnya, dalam karapan sapi, mula-mula olahraga ini merupakan bagian dari tradisi musim tanam di madura, sementara lompat batu merupakan bagian dari upacara adat sebagai ujian untuk mendewasakan remaja Nias, dan tiban merupakan ritual untuk memanggil hujan.
via pinterest.com
Dibawah ini merupakan tujuh jenis olahraga tradisional yang berasal dari Indonesia:
via pinterest.com
Lompat batu Nias juga disebut sebagai fahombo batu oleh orang Nias yang berarti melompati tumpukan batu.
Lompat batu tersebut sudah ada sejak lama dan mula-mula adalah ritual adat yang diadakan untuk menguji kematangan dan kedewasaan anak lelaki di Nias.
Bagi laki-laki yang bisa melompati tumpukan batu setinggi dua meter tersebut, maka ia akan dianggap sebagai ksatria dan telah menjadi lelaki dewasa.
Tradisi itu harus mereka lakukan karena di Nias ada juga tradisi potong kepala, yakni pemuda-pemuda dari satu wilayah akan masuk ke wilayah musuh untuk memotong kepala.
Kenapa haus lompat batu?
Karena setiap wilayah selalu dibentengi dengan pagar yang tinggi yang terbuat dari batu, kayu atau bambu. Jika pemuda nias tak bisa melompat batu, maka ia tak akan bisa pulang dengan selamat ketika telah masuk ke wilayah lain.
Oleh sebab itulah, pada mulanya, lompat batu dianggap sebagai upacara sakral karena pesertanya harus melakukan syarat-syarat tertentu termasuk berdoa kepada roh leluhur para pelompat batu sebelum ia melakukan lompat batu untuk mendapatkan restu dari leluhur. Jika ia dierestui, maka ia akan sanggup melompati batu tersebut.
Namun saat ini, lompat batu hanya tinggal menjadi tradisi untuk menguji nyali anak laki-laki di Nias.
Tentu tujuannya bukan lagi sebagai ujian untuk memenggal kepala, melainkan hanya sebatas ujian kedewasaan dan hal itu tak wajib dilakukan.
Hanya saja, bagi anak laki-laki yang bisa melompati batu, ia tetap akan mendapatkan pujian dan gelar kehormatan dan menjadi kebanggaan keluarga.
Selebihnya, lompat batu menjadi acara yang menarik untuk dijadikan tontonan dan acara tersebut selalu digelar setiap tahun.
Tentunya, para peserta tetap harus melakukan latihan terlebih dahulu agar terhindar dari kecelakaan teknis saat melakukan lompatan.
Acara ini juga dimaknai sebagai olahraga khas Nias, dimana pesertanya harus mengolah raganya sedemikian rupa agar berhasil melompati batu setinggi 2 meter dengan selamat.
via pinterest.com
Karapan sapi merupakan olahraga aduan sapi yang terdapat di pulau Madura.
Dalam karapan sapi, dua ekor sapi akan diikat pada bajak yang tak memiliki bilah pisau dan pada bajak tersebut akan dinaiki oleh seorang joki yang mengendalikan laju sapi dari garis awal hingga finish.
Pertandingan ini biasanya berlangsung sangat cepat, yakni antara 30 detik hingga satu menit untuk menempuh jarak 100 meter di area persawahan atau area serupa yang berlumpur.
Karapan sapi ini bermula dari tradisi mengolah sawah di Madura, konon dahulu kala masyarakat Madura tak mau bercocok tanam karena tanahnya tandus dan keras, lantas mereka memilih untuk hidup sebagai nelayan.
Namun kemudian, datanglah seorang ulama dari Sumenep yang bernama Syeh Ahmad Baidawi alias Pangeran Katandur yang memperkenalkan cara mengolah sawah dengan menggunakan sebatang bambu yang ditarik oleh dua ekor sapi (bajak) kepada masyarakat.
Karapan sapi diadakan sebagai cara untuk memilih sapi-sapi yang kuat dan bagus untuk mengolah sawah dengan cepat.
Saat ini sebetulnya sudah ada larangan untuk mengadakan karapan sapi karena acara tersebut dinilai sebagai penyiksaan sapi sekaligus ajang perjudian.
Namun meski sudah ada larangan, masyarakat penggemar karapan sapi masih tetap melangsungkan acara tersebut setiap tahunnya setelah masa panen atau menjelang musim tanam, yakni pada bulan Agustus-Oktober.
via pinterest.com
Egrang bisa ditemui di berbagai daerah di Indonesia dan masing-masing daerah mempunyai nama tersendiri untuk egrang tersebut.
Egrang ini telah lama ada dan sukar sekali mengetahui darimana asalnya mengingat dinegara lain juga ada olahraga tradisional egrang.
Secara umum, egrang terbuat dari dua bilah bambu yang masing-masing akan diberi pijakan kaki dengan ketinggian menyesuaikan dengan usia dan ketinggian pemainnya.
Namun egrang tak hanya terbuat dari bambu, egrang bisa juga dibuat dari kayu atau logam ringan.
Dalam pertandingan egrang, masing-masing peserta akan menggunakan sepasang enggrang untuk dinaiki mulai dari titik start hingga garis finish. Pemenangnya adalah peserta yang tiba terlebih dahulu di garis finish.
via pinterest.com
Tiban merupakan salah satu olahraga tradisional daerah Jawa Timur yang dibungkus dengan kesenian sehingga acara ini memiliki dualitas makna, yakni olahraga sekaligus kesenian yang diadakan untuk menjadi tontonan masyarakat.
Mula-mula, tiban merupakan sebuah upacara ritual yang telah ada sejak zaman hindu di wilayah kerajaan Kediri dan sekitarnya.
Ritual tersebut diadakan untuk memanggil hujan di musim kemarau. Itulah kenapa acara ritual tersebut dinamai sebagai tiban yang berarti jatuh atau secara kontekstual maknanya berarti hujan jatuh.
Musim kemarau bagi masyarakat agraris merupakan masa sulit karena mereka akan susah bercocok tanam. Tanah sesubur apapun tak akan bisa ditanami jika kering.
Demikian halnya dengan wilayah Kediri di masa lalu, untuk menaggulangi musim kering yang teramat panjang, maka diselenggarakan ritual menyiksa diri agar para dewa kasihan dan menurunkan hujan.
Awalnya ritual tiban merupakan ritual berjemur di bawah terik matahari. Namun karena dinilai kurang menyedihkan, maka siksaan itupun ditambah, yakni tak hanya berjemur di bawah terik matahari namun juga mencambuk tubuh hingga berdarah-darah.
Masing-masing orang dalam ritual itu akan saling mencambuk secara bergantian hingga turun hujan meski bukan pada waktunya.
Karena tiban dipercaya bisa mendatangkan hujan, maka untuk selanjutnya acara ini selalu digelar setiap tahunnya sebagai tradisi yang dilakukan oleh masyarakat sekarisidenan Kediri secara turun temurun.
Karena dinilai sebagai tradisi yang menarik, maka jika dulunya acara tiban diadakan di area persawahan, maka sekarang ini tiban diadakan di panggung atau pusat keramaian seperti alun-alun agar bisa dinikmati oleh masyarakat.
Secara bentuk, tiban zaman sekarang masih memiliki kemiripan dengan tiban di masalalu, yakni nantinya akan ada dua pasang peserta yang masing-masing membawa cambuk dari yang terbuat dari lidi pohon aren dan akan saling mencambuk bagian punggung lawan secara bergantian.
Tentu lawan yang sedang dicambuk boleh menghindar untuk menghindari luka yang terlalu banyak.
Peserta tiban membutuhkan ketahanan fisik yang bagus serta keberanian mental karena acara ini meski dipandang sebagai tontonan dan hiburan, namun tetap akan dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Sayangnya, acara tiban ini telah kehilangan unsur ritualnya sebagaimana di masa lalu karena meski acara tiban ini digelar saat ini, hujan belum tentu mau datang atau bahkan tidak datang sama sekali. Namun demikian, acara ini tetap digelar sebagai bagian dari tradisi.
via pinterest.com
Pencak silat merupakan olahraga beladiri khas orang-orang dari rumpun melayu sehingga Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam memiliki olahraga ini.
Konon, silat berasal dari peradaban Sumatra kuno di zaman kekuasaan kerajaan-kerajaan hindu dan akhirnya menyebar hingga ke Asia Tenggara.
Jurus-jurus dalam pencak silat kebanyakan merupakan jurus yang diadopsi dari gerakan binatang, oleh karena itulah ada berbagai jenis silat seperti silat harimau, silat bangau putih, silat kera sakti, dan lain sebagainya.
Meski dalam bersilat disisipkan gerakan-gerakan dengan nuansa gerak yang mengedepankan keindahan yang bisa dilihat dari kuda-kuda bergerak seperti menari, namun beladiri silat merupakan salah satu jenis beladiri yang sangat berbahaya dan mematikan.
Sampai saat ini, silat telah dikenal di berbagai negara dan diakui keberadaannya dikalangan internasional. Meski belum menjadi salah satu bagian dari Olimpiade, namun demikian sudah banyak perguruan silat yang didirikan di negara-negara Eropa dan Amerika.
Silat juga menjadi salah satu materi latihan beladiri untuk militer diberbagai negara karena efektivitasnya dalam melumpuhkan lawan.
via pinterest.com
Jemparingan adalah olahraga memanah khas daerah kekuasaan Mataram Jawa baik di Jogja ataupun di Solo.
Jemparing berbeda dengan olahraga memanah modern (dengan peralatan serba modern) atau daerah lain yang memiliki tata cara tertentu.
Dalam jemparing, peralatan yang dipergunakan masih sangat sederhana dan memanah dilakukan dengan cara duduk bersila menghadap ke samping dari target yang berjarak sekitar 30 meter.
Target yang dipanah juga berbeda, yakni hanya sebilah kayu atau bambu yang dililit kain berwarna merah dan putih dengan panjang sekitar 30 cm dan dengan diameter sekitar 5 cm yang dipasang tergantung.
Dalam panahan, yang terpenting adalah hati nurani dan insting untuk membidik, karena jemparing merupakan memanah, atau manah dalam bahasa Jawanya yang berarti hati.
Dalam jemparing ada filosofi sederhana, yakni seorang pemanah harus bisa memanah hatinya sendiri. Oleh karenanya, anak panah akan ditarik mengarah ke dada sebelum dilepaskan menuju sasaran.
Yang menjadikan olahraga ini sulit dilakukan adalah karena posisi memanah dilakukan dengan bersila dan alat yang dipergunakan sangatlah sederhana untuk target yang kecil dengan jarak 30 meter.
Oleh karena itulah, ketajaman mata batin pemanah sangat diperlukan dan harus dilatih agar ia bisa membidik tepat sasaran.
via pinterest.com
Indonesia atau Nusantara merupakan negara maritim yang sebagian besar masyarakatnya di masa lalu sudah tidak asing dengan kegiatan menjelajah perairan.
Mendayung perahu merupakan suatu aktivitas sehari-hari waktu itu terutama pada wilayah Kalimantan dan Sumatra yang memiliki area perairan luas.
Salah satu olahraga mendayung tradisional ini bernama pacu jalur yang berasal dari Kuantan, Riau.
Pacu jalur merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan perahu yang panjangnya bisa mencapai 25-40 meter.
Acara tersebut biasanya dilangsungkan di sungai Kuantan pada bulan Agustus sebagai salah satu rangkaian acara peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Karena perahu yang digunakan berukuran panjang, tentu pertandingan tersebut merupakan pertandingan beregu 40-60 orang dimana masing-masing tim harus kompak untuk bekerjasama mendayung perahu secepatnya hingga garis akhir.
via pinterest.com
Balap karung merupakan salah satu olahraga tradisional yang masih sering diperlombakan ketika memperingati hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus setiap tahun.
Oleh masyarakat Indonesia, balap karung digunakan sebagai sebuah pengingat pada zaman kolonial Jepang.
Pada saat itu, karung (lebih tepatnya karung goni), merupakan satu-satunya bahan yang dapat digunakan untuk membuat pakaian. Pakaian yang terbuat dari kain merupakan suatu hal yang sangat langka dan termasuk dalam kategori mewah, sehingga pakaian karung goni merupakan pakaian yang biasa dijumpai pada zaman itu.
Setelah merdeka, untuk memperingati masa-masa kelam berpakaian karung goni, masyarakat Indonesia menciptakan olahraga balap karung.
Balap karung sendiri mempunyai folosofi tersendiri, yaitu, betapa susahnya pada zaman itu (digambarkan dengan sulitnya berlari didalam karung) sehingga siapa yang mencapai garis finish digambarkan bahwa orang tersebut sudah bebas alias merdeka.
via pinterest.com
Gobak sodor atau galah asin merupakan permainan olahraga tradisional yang dilakukan minimal oleh 2 tim.
Gobak sodor berasal dari dua kata yaitu gobak dan sodor. Gobak berarti bergerak secara bebas sedangkan sodor berarti tombak. Jadi secara harfiah, gobak sodor adalah olahraga yang dilakukan dengan bergerak secara bebas dengan menggunakan tombak.
Sejarah mencatat, permainin ini berasal dari Yogyakarta, dimana permainin ini digunakan oleh para prajurit kerajaan untuk berlatih teknik kelincahan gerakan perang.
Nah, teman-teman, demikianlah 9 dari sekian banyak jenis olahraga tradisional yang ada di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat.