Lompat Tinggi - Materi kali ini berisi penjelasan-penjelasan pokok mengenai olah raga atletik lompat tinggi yang terbagi menjadi 14 poin pembahasan utama.
Keempat belas point tersebut dimulai dari pengertian lompat tinggi, gaya, teknik dasar, peraturan, lapangan sampai sejarah lompat tinggi. Cukup lengkap bukan?
Baiklah, tanpa basa-basi lagi, langsung saja kita simak yuk seluk beluk lompat tinggi pada pembahasan berikut ini.
Lompat tinggi adalah salah satu jenis olahraga cabang atletik dimana sang atlet harus melakukan lompatan setinggi-tingginya melewati mistar tanpa bantuan alat dengan berbagai jenis gaya yang diperbolehkan (gaya gunting, guling sisi, guling straddle, dan flop) atau gaya baru yang tidak bertentangan dengan aturan internasional.
Dari keempat gaya tersebut, semuanya cenderung membuat atlet lompat tinggi melompat dari sisi sebelah kiri atau kanan untuk meloloskan kaki dari halangan mistar.
Hal ini tentunya berbeda dengan lompat batu tradisional Nias yang masih tergolong sebagai olah raga lompat tinggi.
Lompat batu Nias sayangnya tidak termasuk sebagai cabang atletik yang diperlombakan dalam kancah olimpiade, melainkan sebuah upacara adat untuk memberikan gelar dewasa pada anak lelaki yang berani melakukannya.
Meski demikian, dalam lompat batu Nias seorang pelompat harus bisa melompati batu yang disusun sedemikian rupa hingga setinggi 2-3 meter dengan alat bantu tumpuan dari batu yang ditempatkan sekitar setengah meter dari susunan batu dan mendarat tanpa bantuan matras.
Tentunya tujuan dari lompat tinggi dan lompat batu berbeda.
Jika dalam lompat tinggi seorang atlet harus berhasil melewati mistar dan menjadi juara, maka dalam lompat batu seorang lelaki Nias harus bisa dan berani melompati batu agar mendapatkan gelar sebagai lelaki dewasa.
Tentunya resiko cidera akibat lompat batu ini jauh lebih besar daripada lompat tinggi sehingga hingga sekian tahun lompat batu ini tidak termasuk sebagai cabang olah raga, melainkan sebuah upacara adat.
Lompat tinggi merupakan salah satu olah raga tertua, meski dalam rekam sejarah, olah raga ini resmi dinilai sebagai cabang atletik baru dan diperlombakan pada olimpiade Skotlandia di abad ke 19.
Dengan bergantinya era demi era, olah raga ini berkembang mulai dari teknik, peraturan, hingga sarana dan prasarananya.
via iaaf.org
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, gaya dalam lompat tinggi ada 4 macam yang akan dibahas selengkapnya sebagai berikut ini:
Gaya gunting merupakan gaya yang paling klasik dalam lompat tinggi. Gaya ini muncul seiring dengan hadirnya olah raga atletik lompat tinggi di olimpiade Skotlandia di abad 19.
Gaya gunting diawali dengan lompatan yang berasal dari tolakan kaki terkuat dan dilanjutkan dengan ayunan kaki satunya ketika tubuh mendekati mistar sehingga akhirnya kedua kaki dan seluruh tubuh bisa lolos melewati mistar pada ketinggian tertentu.
Selanjutnya gaya gunting ini disempurnakan oleh Michael Sweeney dan perbedaannya terletak pada awalan untuk melakukannya.
Pada gaya gunting klasik, gaya lompat yang dilakukan merupakan gaya jongkok dan posisi tubuh berada di depan mistar, sementara Sweeney mengubahnya menjadi awalan dengan posisi tubuh berada di samping mistar segingga gerakan gunting ini dilakukan dengan posisi tubuh yang miring atau sejajar dengan mistar.
Gaya guling sisi atau dikenal juga sebagai gaya western roll merupakan sebuah gaya dimana ketika atlet melompat, ia melakukannya dari sisi samping mistar, mengangkat tubuhnya dan memposisikannya sedemikian rupa hingga melayang terlentang diudara, lalu memutar tubuh hingga melewati mistar.
Sayangnya dalam gaya ini posisi kepala menjadi lebih rendah dari pinggul dan hal ini dinilai sebagai diskualifikasi sehingga gaya ini tak lagi di pakai. Selama beberapa tahun, sebelum akhirnya peraturan tersebut dicabut karena atlet hanya menggunakan gaya yang ada sebelumnya.
Gaya straddle ini sedikit banyak mirip dengan gaya guling sisi atau bisa dibilang sebagai penyempurnaan gaya guling sisi yang mana dalam gaya ini posisi kepala tak lagi menjadi lebih rendah dari pinggul.
Gaya ini diciptakan dan dipergunakan untuk pertamakalinya oleh Charles Dumas yang telah mempertahankan rekor 2,23 meter dalam kurun waktu 4 tahun.
Rekor tersebut bisa dibilang fantastis dalam dunia lompat tinggi dan setelah Dumas berhasil menang dengan gaya tersebut, pada akhirnya gaya straddle banyak dipergunakan oleh para atlet lompat tinggi.
Sampai sejauh ini rekor lompat jauh tertinggi yang diciptakan oleh Valeriy Brumel dengan gaya straddle berhasil memecahkan rekor setelah ia berhasil melompat dengan ketinggian 2,28 meter
Gaya flop atau dikenal juga dengan istilah gaya Fosbury Flop, pertamakali diciptakan oleh atlet lompat tinggi asal Amerika, Dick Ricarod Fosbury yang memenangkan kejuaraan lompat tinggi pada olimpiade Mexico di tahun 1968.
Gaya ini sangatlah unik karena ketika melakukan lompatan, posisi tubuh membelakangi mistar dan kemudian melewati mistar dengan mengedepankan punggung atlet.
via iaaf.org
Dalam melakukan lompatan ada 4 teknik dasar lompat tinggi yang harus dikuasai oleh seorang atlet, yakni seperti yang akan diuraikan pada bagian berikut ini:
Dalam lompat tinggi tak ada ketentuan untuk atlet dalam melakukan awalan, namun demikian sebagian besar atlet lompat tinggi melakukan awalan dengan cara berlari.
Dimulai dari lari dengan kecepatan rendah hingga kecepatan tertentu sesuai dengan strateginya untuk melakukan ancang-ancang dalam melompat.
Tolakan atau melompat dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat agar seluruh tubuh terangkat hingga menuju dan melewati mistar.
Tugas kaki tak hanya melakukan tolakan (dengan kaki terkuat) namun juga melakukan ayunan (dengan kaki satunya) sehingga lompatan ini berhasil dilakukan untuk melewati mistar sebagaimana lompat dan mengayun ini dilakukan dalam permainan lompat tali.
Melayang dalam hal ini merupakan kondisi ketika tubuh atlet mulai terangkat untuk melewati mistar. Pada tahap ini, atlet bisa melakukan teknik tertentu sesuai dengan gaya yang ia gunakan dalam lompat tinggi.
Mendarat merupakan momen ketika tubuh telah melewati tiang mistar dan jatuh ke matras.
Ada dua bentuk pendaratan yang paling umum, yakni mendarat dengan menggunakan kedua kaki atau mendarat dengan menggunakan tubuhnya.
Tercatat, ada empat teknik lompat tinggi yang pernah digunakan dalam olimpiade. Keempat teknik tersebut, yaitu:
via wikimedia.org
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya gunting, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan untuk memulai lompat tinggi dengan gaya gunting bisa dilakukan dengan cara berlari agak menyerong dari mistar, yakni menyerong ke kanan atau ke kiri sesuai dengan tumpuan kaki yang akan dipergunakan untuk melakukan tolakan.
Jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka awalan dilakukan dengan berlari dari arah yang agak serong ke kiri.
b. Tolakan
Tolakan biasanya dilakukan dengan kaki terkuat, baik kanan ataupun kiri sehingga arah lari awalan menyesuaikan.
c. Melayang
Setelah melakukan tolakan dan tubuh terangkat ke atas, maka kaki yang berperan untuk melakukan ayunan segera diangkat melewati mistar.
Segera setelah kaki ayun melampaui mistar, kaki tolakan melakukan ayunan susulan dan posisi tubuh diputar pada arah yang sama dengan demikian seluruh tubuh berhasil melalui mistar.
Gerakan kaki tersebut dilakukan dengan cara cepat dan hampir bersamaan sehingga terlihat seperti gerakan gunting.
d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan menggunakan kaki yang sampai duluan pada matras dengan posisi tubuh menghadap ke arah mistar.
Jika pendaratan berhasil dilakukan dengan berdiri, maka pendaratan ini merupakan pendaratan sempurna.
Namun jika pendaratan dilakukan dengan posisi tubuh terjatuh maka pendaratan tersebut masih sah dilakukan dan lompatan tetap dinilai.
via pinterest.com
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya guling sisi, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan dilakukan dari samping mistar dengan sudut serong sekitar 30-40 derajad. Arah awalan ini, baik kiri ataupun kanan, bergantung pada kaki yang dipergunakan untuk melakukan tolakan.
Jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka awalan yang dipergunakan dari arah serong kanan dan begitu pula sebaliknya.
b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat dengan jarak yang dekat dengan mistar.
Setelah kaki melakukan tolakan, segera kaki ayun mulai beraksi, bergerak mengayun ke atas dan menyilang melewati mistar dan segera disusul dengan kaki tolakan.
c. Melayang
Setelah melakukan tolakan dan ayunan hingga tubuh melewati mistar, maka posisi tubuh dibuat terlentang-melayang sejajar dengan mistar dan saat itu pula kepala segera diturunkan agar seluruh tubuh mengikuti jatuhnya posisi kepala.
Posisi inilah yang sempat membut gaya guling sisi sempat dilarang karena posisi kepala lebih rendah dari pinggul pada saat melayang.
d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan menggunakan tumpuan kedua tangan yang segera disusul dengan kaki untuk mengurangi beban tangan.
Posisi pendaratan ini merupakan posisi yang sulit dan berbahaya sehingga bagi pemula, pendaratan dengan gaya ini baiknya dilakukan dengan menggunakan tumpan kaki.
via pinterest.com
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya struddle, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan lompat gaya guling sisi, yakni jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka arah serong yang dipergunakan untuk awalan juga dari kanan dan begitupula sebaliknya.
b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan kaki terkuat dengan jarak yang dekat dengan mistar. Sementara kaki satunya diayunkan keatas dan disilangkan mengangkang hingga melewati mistar. Hal ini bersamaan dengan pundak dan kepala yang juga melewati mistar.
c. Melayang
Pada saat kaki ayun, kepala, bahu melewati mistar, kaki tolakan diangkat dengan posisi lururs sejajar dengan tubuh dan mistar.
Pada posisi ini, kepala dan bahu telah terlebih dahulu melewati mistar dan telah berada dalam posisi meluncur ke bawah.
Selanjutnya, bagian tubuh atas yakni kepala, bahu dan dada diluncurkan ke bawah dan sisanya seluruh anggota tubuh lainnya akan mengikutinya dan bersiap untuk melakukan pendaratan.
d. Mendarat
Dalam gaya ini, pendaratan dilakukan dengan menggunakan punggung sebagai tumpuan. Pada posisi jatuh, seluruh anggota tubuh yang telah melewati mistar dibalikkan menghadap ke atas hingga tubuh kemudian mendarat di matras.
via pinterest.com
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya flop, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan dalam gaya flop dilakukan dengan cara berlari dengan kecepatan tinggi.
Arah lari adalah setengah lingkaran, yakni dari sudut pojok depan berlari serong menuju mistar. Arah lari menuju mistar ini bisa dari sisi kiri atau kanan jalur awalan dan tidak bergantung pada kaki yang akan melakukan tolakan.
Kecepatan lari menjadi penentu untuk ketinggian lompatan.
b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan kaki terkuat. Ketika kaki melakukan tolakan, posisi tubuh masih sejajar dengan arah lari atau sejajar dengan mistar.
Tentu tolakan ini tidak dilakukan di tengah mistar, melainkan agak ke pinggir dari arah lari sehingga nantinya tubuh akan jatuh pada bagian tengah matras dengan kecepatan tinggi.
Tolakan kaki ini akan membuat tubuh melayang keatas melewati mistar.
c. Melayang
Pada saat melakukan tolakan, tubuh secara bersamaan diputar hingga membelakangi mistar, posisi ini sejalan dengan posisi tubuh yang melayang sehingga tepat ketika tubuh berada diatas mistar, posisi tubuh telah menghadap ke atas dan diikuti dengan kedua kaki yang diangkat naik agar tidak menyenggol mistar.
d. Mendarat
Pendaratan pada gaya ini merupakan pendaratan yang paling berbahaya karena seluruh teknik mulai dari awalan hingga mendarat dilakukan dengan kecepatan tinggi.
Usahakan untuk memilih tempat mendarat pada posisi tengah matras dan ketika tubuh telah jatuh dengan menggunakan punggung sebagai tumpuan, bisa langsung dilanjutkan dengan berguling kebelakang untuk meredam kecepatan.
Lompat tinggi merupakan olah raga cabang atletik yang telah dirilis dalam international Athletic Amateur Federation (IAAF) dan menjadi cabang olah raga yang selalu dipertandingkan dalam olimpiade.
Atletik lompat tinggi ini telah ada sejak zaman kuno dan dari waktu ke waktu telah banyak mengalami perubahan hingga pada abad ke 19 bentuk baku dari lompat tinggi ini telah diakui dan bisa masuk dalam olimpiade modern untuk pertamakalinya.
via pinterest.com
Olah raga atletik lompat tinggi tidak bisa dan tidak disarankan untuk dilakukan secara sembarangan.
Seorang atlet lompat tinggi membutuhkan teknik tertentu agar bisa melompat melewati mistar dan mendarat dengan mulus tanpa mengalami cidera apapun.
Oleh karenanya, tiap-tiap atlet harus menguasai gaya lompat tinggi dan teknik lompat tinggi sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Seorang atlet lompat tinggi harus rajin mengolah tubuhnya terutama pada bagian otot perut dan kaki agar bisa melakukan lompatan yang tinggi.
Selain latihan lompat, tentu ada serangkaian latiihan lain yang harus dijalani, yakni latihan lari dan gerakan dasar lain seperti push up, sit up, back up, dan squat jam.
Para atlet lompat tinggi juga harus mempelajari semua gaya dalam lompat tinggi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pada tubuhnya dan menentukan gaya mana yang paling pas baginya sehingga ia bisa melakukan lompatan maksimal.
via twitter.com
Beberapa hal penting yang bisa dijadikan materi dalam pembelajaran lompat tinggi, selain pada praktik yang mendapatkan porsi utama, tentu pemahaman teoritis juga diperlukan.
Oleh karena itu materi lompat tinggi bisa dibagi menjadi beberapa poin pembahasan, diantaranya adalah pengertian lompat tinggi, sejarah lompat tinggi, lapangan lompat tinggi, gaya dalam lompat tinggi, teknik pada gaya dalam lompat tinggi dan aturan permainan dalam lompat tinggi.
Materi-materi ini telah dipaparkan dengan cukup lengkap pada keseluruhan artikel ini.
Berikut ini merupakan peraturan umum dalam pertandingan lompat tinggi:
via pinterest.com
Lapangan lompat tinggi terbagi menjadi empat, yakni jalur awalan, daerah tolakan, mistar dan penyangganya, serta matras untuk mendarat. Berikut penjelasan selengkapnya.
via olympic.org
Lompat tinggi disinyalir telah ada dan dipertandingkan dalam olimpiade Yunani kuno pada tahun 776 SM.
Sayangnya catatan sejarah kurang lengkap untuk memastikan narasi sejarah kuno dari lompat tinggi ini untuk mendapatkan beberapa informasi tentang bentuk, gaya, lapangan, peraturan dan segala seluk beluk lompat tinggi sebagaimana yang telah ada sejak era modern.
Oleh karenanya, lompat tinggi dianggap sebagai cabang atletik modern yang dibuat dan dipertandingkan dalam olimpiade Skotlandia untuk pertama kalinya pada ke 19.
Dan sejak saat itu, pada olimpiade berikutnya, lompat tinggi menjadi salah satu nomor dalam cabang atletik yang dipertandingkan.
Pada abad ke 19 itulah lompat tinggi masih bisa dibilang tradisional, tanpa sarana dan prasarana yang aman untuk menjamin keselamatan atletnya.
Betapa tidak, waktu itu lompat tinggi diperlombakan tanpa menggunakan matras sebagai alas pendaratan dan hanya berupa tanah datar berumput. Tentu saja banyak atlet yang cidera akibat olah raga tersebut.
Rekor terbaik pada waktu itu adalah lompatan setinggi 1,68 meter yang dilakukan dengan gaya gunting (satu-satunya gaya dan merupakan gaya pertama dalam lompat tinggi yang berhasil dipergunakan untuk melompat dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter).
Selanjutnya pada abad ke 20, lompat tinggi telah dimodernisasi dan telah diorganisasikan dalam organisasi atletik internasional IAAF (international Athletic Amateur Federation) yakni pada tahun 1912.
Sejak saat itu atletik lompat tinggi tak lagi menggunakan tanah dan rumput sebagai tempat pendaratan, melainkan matras sehingga atlet lompat tinggi bisa mendarat dengan menggunakan punggungnya atau bagian tubuh yang lain.
Dengan adanya matras ini tingkat keamanan terjaga dan atlet lebih berani lagi untuk mengembangkan teknik dan gaya lompat tinggi (Gaya Fosbury Flop) untuk menghasilkan rekor baru.
Selain gaya gunting yang telah bertahan beberapa tahun sebagai gaya klasik dalam lompat tinggi, akhirnya pada tahun 1895 seorang atlet dari Irlandia, Michael Sweeney berhasil menciptakan gaya baru, yakni gaya gunting eastern cut off.
Gaya ini sedikit berbeda dengan gaya gunting, meski pengambilan lompatan masih bisa disamakan dengan gaya gunting, namun dalam gaya ini atlet melakukan awalan dari sisi samping mistar sehingga posisi tubuh menjadi dengan posisi sejajar dengan mistar sehingga menghasilkan lompatan yang lebih ekonomis dan lebih tinggi dari gaya sebelumnya.
Selanjutnya dalam perkembangannya, telah lahir gaya baru dalam lompat tinggi, yakni gaya guling sisi (wetern roll) yang diciptakan oleh George Horine dan pada tahun 1912 ia berhasil melompat dengan ketinggian 2, 03 meter.
Selain gaya guling western roll, ada lagi satu jenis gaya guling yang masih dipergunakan hingga sekarang, yakni gaya guling straddle yang dipelopori oleh Charles Dumas (rekor 2,13 meter, pada tahun 1956), John Thomas (rekor 2,23 meter, pada tahun 1960), dan Valeriy Brumel (rekor 2, 28 meter pada tahun 1964).
Gaya yang terbaru setelah adanya matras adalah gaya fosbury flop dimana atlet lompat tinggi mendaratkan tubuhnya dengan tumpuan punggung.
Gaya ini masih banyak dipakai terutama oleh atlet yang berbada tinggi dinilai cukup efektif untuk menghasilkan lompatan tinggi.
Gaya ini dirintis oleh Dick Ricarod Fosbury yang memenangkan kejuaraan lompat tinggi pada olimpiade Mexico di tahun 1968. Sejak saat itu gaya ini dipergunakan oleh banyak atlet karena dinilai cukup unik dan efisien.
via pinterest.com
Lompat tinggi merupakan olah raga yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan atlet untuk melompat.
Tentu tujuan dari lompat tinggi adalah untuk menghasilkan lompatan setinggi-tingginya melewati dan tanpa menjatuhkan mistar dengan berbagai gaya yang mungkin dilakukan baik gaya yang telah ada sebelumnya atupun gaya baru (selama gaya tersebut tidak menyalahi aturan yang berlaku).
Dalam lompat tinggi tidak ada alat bantu apapun untuk melompat, namun tentunya ada fasilitas pengaman yang dipasang untuk menghindari cidera pada atlet lompat tinggi, yakni matras yang ditaruh di bagian pendaratan tepat setelah mistar.
Mula-mula lompat tinggi, sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya, dilakukan di atas tanah berumput tanpa tambahan alas untuk mendarat.
Hasilnya, banyak atlet yang cidera dan tidak lagi bisa bertanding. Oleh karena itu matras yang terbuat dari bahan busa dan bahan lainnya dengan tekstur empuk tersebut wajib ada dalam lapangan lompat tinggi.
via hartsport.com.au
Mistar secara harafiah dapat diartikan sebagai penggaris ukur.
Sementara itu, dalam lompat tinggi ada juga istilah mistar, yakni bilah lompat yang terbuat dari kayu (atau bahan lainnya) dengan panjang antara 3,98 -4,2 meter yang ditempatkan di dua bilah penyangga mistar.
Justru tangga penyangga mistar inilah yang memiliki ukuran sebagai mana penggaris ukur (mistar dalam arti harafiah).
Meskipun mistar yang dipergunakan berukuran lumayan panjang, yakni maksimal 4,2 meter, namun berat maksimal yang harus digunakan untuk membuat mistar hanyalah 2 kg saja sehingga bahan pembuat mistar harus benar-benar dipilih untuk mendapatkan mistar yang ringan, kuat, dan tidak melengkung.
Kenapa harus memiliki berat maksimal 2 kg?
Karena setiap pelompat yang melompati bilah mistar ini seringkali menyenggol dan menjatuhkan mistar tersebut.
Apabila dibuat dengan bobot yang lebih, dikhawatirkan bilah mistar tersebut akan menciderai atlet lompat tinggi jika mistar tersebut jatuh dan menimpa tubuh terutama bagian kepala.
Mistar dipasang secara horizontal dipenampang kecil yang terdapat pada masing-masing penyangga mistar yang dipasang dengan panjang sesuai dengan panjang mistar.
Penampang kecil ini tidaklah terlalu luas ukurannya, yakni hanya 4x6 cm sehingga mistar akan jatuh apabila tersenggol oleh atlet lompat tinggi.
Penyangga mistar ini bisa dibuat naik dan turun sesuai dengan ukuran pajang (tinggi) yang tertera pada penyangga mistar.