Halo teman-teman, kali ini aku akan membahas tentang teks anekdot pendidikan serta contoh-contohnya.
Contoh-contoh yang ada dalam artikel ini boleh dibilang anekdot baru sehingga jika kamu mulai kesulitan untuk mencari contoh teks anekdot yang lain daripada yang lain, maka kamu tidak salah pilih untuk membaca artikel ini selengkapnya.
Baiklah, tanpa banyak kata lagi, kita langsung saja ya, aku akan bahas mengenai teks anekdot pendidikan serta contoh-contoh terbarunya pada poin-poin berikut ini:
Apa sih yang dimaksud dengan anekdot pendidikan? Tentunya kamu harus paham dahulu dengan pengertian anekdot sehingga bisa memahami anekdot pendidikan ini dengan mudah.
Untuk itu jangan lupa baca artikel 7 Macam Pengertian Teks Anekdot Beserta Asal-Usul, Ciri-Ciri, Jenis-Jenis, Fungsi dan Tujuan-nya karena di sana aku membahas secara rinci berbagai macam pengertian anekdot.
Secara sederhana, teks anekdot pendidikan merupakan suatu karya anekdot yang membahas isu-isu, permasalahan atau fenomena nyata dalam wacana dunia pendidikan.
Teks anekdot pendidikan ini penting untuk dipergunakan sebagai salah satu media yang bisa mengkritik secara efisien sekaligus lucu mengenai segala jenis fenomena yang mengganjal di dunia pendidikan.
Bila kita tarik ke konteks pendidikan di Indonesia, tentu kita sudah tidak lagi asing dengan berbagai macam kekurangan sekaligus aib-aib yang muncul dari (ironisnya) instansi-instansi pendidikan kita.
Pasti kamu juga pernah mengalaminya ketika di sekolah, beberapa hal yan mengesalkan terkait dengan kebijakan sekolah, kebijakan mentri pendidikan, fasilitas pendidikan, hingga kinerja guru-guru yang ada di sekolah.
Ada saja salah satu atau beberapa dari guru yang mencoreng nama baik atau makna dari yang namanya seorang guru. Kita bisa lihat kasus-kasus ini di televisi (dan tentunya, nanti kasus ini akan menjadi contoh anekdot pada bagian selanjutnya).
Tak jarang anekdot pendidikan ini berisi peristiwa satir yang mengkritik dengan keras segala bentuk kekurangan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Bentuk dari teks anekdot pendidikan ini bisa berupa cerita pendek, cerita lucu, gambar ilustrasi, komik, meme, karikatur, dan lain sebagainya.
Namun demikian, karena aku hanya bisa menulis, maka yang akan aku gunakan sebagai contoh anekdot pendidikan di bawah ini merupakan cerita pendek yang bersifat lucu.
Baiklah, kita langsung saja melihat contohnya ya agar lebih jelas mengenai apa yang dimaksud dengan teks anekdot pendidikan.
Contoh-contoh berikut ini merupakan cerita fiksi berdasarkan fenomen nyata di dunia pendidikan di Indonesia.
Bila teman-teman sering mengikuti berita baik di Koran, televisi, internet, atau rajin mendengarkan obrolan para pelajar dan mahasiswa maka teman-teman tentunya tidak asing lagi dengan isi cerita anekdot di bawah ini:
via wikipedia.org
Pada suatu hari di sebuah sekolah, seorang guru menegur siswanya yang tidak mengerjakan PR
Guru : Jono, kamu tahu apa kesalahanmu hari ini?
Jono : Tidak Pak!
Guru : Kamu tidak mengerjakan PR yang bapak berikan minggu yang lalu. Itu kesalahanmu!
Jono : Saya tidak mengerti Pak?!
Guru : Kamu itu bodoh atau mau membangkang teguran bapak, hah?!
Jono : Apa salah saya Pak?! Bukankah bapak yang bilang minggu kemaren waktu saya melamun bahwa tidak baik ketika di sekolah masih kepikiran dengan hal-hal di luar sekolah, apalagi mengerjakan hal-hal di luar pelajaran…
Guru : (langsung memotong) Ya itu memang tidak baik!
Jono : (kalem) Itu yang saya terapkan pak. Bila tidak baik mengerjakan pekerjaan lain di luar mata pelajaran sekolah di sekolah, maka tidak baik pula mengerjakan pekerjaan sekolah di rumah, apa lagi di rumah saya banyak pekerjaan pak, saya harus membantu orang tua saya mencari nafkah, ayah saya sakit keras, tiga adik saya masih kecil, sementara jika saya mengerjakan pekerjaan dari sekolah, artinya saya tidak bisa mencari nafkah. Karena itulah saya tidak mengerti letak kesalahan saya pak. Maaf…
Guru : (tertegun dan tidak bisa bilang apa-apa).
# # # # #
Bila kita periksa struktur contoh anekdot tersebut, maka kita akan mendapati abstraksi atau bagian pembuka tepat pada awal cerita yang memberikan gambaran singkat mengenai poin utama cerita.
Abstraksi ini disusul dengan konflik melompat langsung pada bagian inti isi teks yang muncul pada dialog pertama hingga dialog ketika Jono sekali lagi mempertanyakan kesalahannya.
Teks ditutup dengan gong atau koda yang ditandai dengan ujaran si Jono yang menceritakan alasannya tidak bisa mengerjakan PR.
Contoh di atas merupakan anekdot yang mengkritik sistem pendidikan kita yang mana (barangkali tanpa disadari) para guru selalu memberikan PR yang melimpah pada para siswanya.
Bila misalnya dalam 1 hari ada 4 mata pelajaran dan tiap-tiap mata pelajaran ada PR yang tak selesai dikerjakan dalam dua jam, bukankah siswa hanya akan habis waktunya untuk mengerjakan soal-soal pelajaran sekolah? Lalu kapan siswa ini mempelajari hal lain dalam hidup bermasyarakat?
Kisah si Jono (nama samaran) ini barangkali juga pernah teman-teman alami; yakni ketika kita juga dituntut untuk mengerjakan sesuatu di rumah atau bahkan membantu orang tua kita bekerja mencari nafkah.
Pada situasi tersebut, kita hanya memiliki pilihan yang sulit, bila tidak mengerjakan PR maka ada hukuman menanti di sekolah, baik itu berupa sindiran ataupun hukuman fisik seperti push up, berdiri di kelas, membersihkan WC, dll, sementara jika kita tidak membantu orang tua, jelas kita juga yang akan mendapatkan dampaknya.
Baiklah, kita lanjut ke contoh berikutnya:
via fractuslearning.com
Suatu hari di sekolah dalam mata pelajaran kimia, seorang guru menguji murid-muidnya dengan memberikan pertanyaan:
Guru : Susi, sebutkan contoh reaksi kimia yang sudah kamu tahu.
Susi : Dalam proses pembuatan bioetanol, glukosa diubah menjadi alcohol melalui proses fermentasi dengan salah satu rumusan C6H12O6 --- > 2C2H5OH+2CO2+2NADH2+Energi
Guru : Bagus sekali susi, sekarang Juki, sebutkan contoh yang lain!
Juki waktu itu sedang melamun. Maklum ia belum sarapan gara-gara bangun kesiangan, padahal ibunya membuatkan nasi pecel yang sangat enak untuk sarapan keluarga. Maka, juki tidak berkonsentrasi dengan pertanyaan gurunya dan iapun menjawab sekenanya.
Juki : beras dimasak menjadi nasi pak, lalu tempe mentah dicampur garam, bawang, dan ketumbar kemudian digoreng rasanya sangat gurih.
Bila nasi dan tempe ini dipadukan dan ditambah dengan sambal pecel serta rebusan sayur dan kecambah, perbaduan beberapa unsur tersebut menjadi sarapan yang istimewa pak!
Kontan seluruh kelas riuh karena tertawa
Guru : Tenang…tenang…jangan ramai. Juki, kenapa jawabanmu demikian?
Juki : Itu reaksi kimiawi pak.
Guru : Maksudmu?
Juki : Bukankah bapak bilang bahwa semua proses pembuatan makanan merupakan proses kimiawi? Saya kira jawaban saya tadi merupakan jawaban yang paling mudah dimengerti tanpa harus menggunakan lambang rumus kimia yang bikin lapar pak.
Sekali lagi semua murid tertawa melihat kelakuan Juki yang spektakuler.
# # # # #
Mari kita analisis terlebih dahulu struktur dari anekdot ini.
Abstraksi muncul pada paragraph paling awal yang disusul langsung dengan bagian orientasi pada dialog pertama antara pak guru dengan susi.
Orientasi ini terus berlangsung sampai seluruh kelas menertawakan Juki.
Setelah itu merupakan bagian konflik alias aksi reaksi utama antara tokoh utama cerita, tentu saja konflik ini ditandai dengan reaksi pak guru ketika mendengar jawaban Juki yang terkesan asal-asalan.
Teks tersebut ditutup dengan koda atau bagian penyelesaian yang dimunculkan pada dialog terakhir si Juki yang menjelaskan asal-usul dari jawabannya pada pak Guru.
Nah, teman-teman, sebagaimana yang dikisahkan dalam teks anekdot tersebut, apakah teman-teman pernah terteror dengan pelajaran eksak seperti kimia, fisika dan biologi?
Dalam mata-pelajaran tersebut, tak jarang kita mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bikin pusing, yakni nama-nama ilmiah atau rumus-rumus asing yang sulit masuk ke dalam kepala karena memang kita tidak terbiasa dengan hal tersebut.
Jawaban si Juki dalam anekdot tersebut sebetulnya merupakan jawaban yang kritis; tak jarang guru mengajarkan siswanya dengan bahasa yang sulit dipahami.
Banyak yang alergi dengan mata pelajaran kimia karena salah satu sebabnya adalah guru jarang memberikan ilustrasi sehari-hari terkait dengan bilangan kimia, rumus kimia, atau apapun itu dalam bentuk wujud yang bisa ditemukan dalam keseharian, padahal hampir semua jenis benda dan barang-barang disekitar kita tak lepas dari proses kimiawi.
Yuk kita lanjut pada contoh lainnya:
via wikipedia.org
Di suatu sekolah SMA, para murid sudah mengetahui (meski tidak berani membicarakannya secara langsung pada guru lain) bahwa guru BK yang satu itu tidak beres.
Gosipnya pak guru BK itu mengalami kelainan seksual sehingga doyan sama murid laki-laki. Konon, ia pernah menghukum salah satu siswa yang ketahuan merokok dengan perbuatan yang tidak senonoh.
Pagi itu adalah pagi yang sial bagi Budi (anak paling bandel dan ditakuti kawan-kawannya karena senang memukul); karena jam pertama adalah jam kosong, maka ia sembunyi di kamar mandi untuk menghabiskan sebatang rokok, namun kebetulan pula bapak guru BK itu sedang lewat dan mencium bau rokok.
Diantara sekian kamar mandi, hanya ada satu kamar mandi yang tertutup dan disanalah Budi merokok. Tentu bukan hal sulit bagi pak guru untuk mengetahui sumber bau rokok tersebut. Maka pak guru menunggu di luar.
Setelah Budi selesai menghabiskan rokok, ia langsung membuka pintu kamar mandi dan saat itu pula ia kaget melihat tampang mesum pak guru BK yang sedang menunggu diluar sambil tersenyum sinis.
Pak Guru : Yak, anda ketahuan. Ayo langsung saja ke ruangan bapak.
Budi tidak berkutik dan diam seribu bahasa mengikuti pak guru BK ke ruangannya.
Pak Guru : Budi, kamu tahu bukan kalau di sekolah dilarang merokok?!
Budi : Tahu Pak…
Pak Guru : Sudah siap dihukum?
Budi : Hukuman apa pak?
Pak Guru : Kamu pilih merokok rokok bapak di ruangan ini atau dilaporkan ke kepala sekolah?
Budi : Memangnya bapak merokok?
Pak Guru : (membentak) kamu pilih hukuman mana?
Budi : Merokok saja deh pak…(bingung dengan hukuman itu karena mestinya kan tidak disuruh merokok)
Pak Guru : Baiklah, sekarang buka celanamu!
Budi : (Seketika langsung paham dengan “rokok” yang dimaksud bapak) Ampun Pak…sa…sa…saya pilih dilaporkan ke kepala sekolah saja pak…saya tidak akan merokok lagi di sekolah…ampun Pak…
# # # # #
Yuk kita ulas dahulu struktur dari teks anekdot pendidikan tersebut.
Abstraksi muncul pada narasi di bagian pragraf pertama. Kemudian orientasi mulai dimunculkan pada paragraph ketiga dan berakhir ketika Budi ketahuan merokok oleh pak guru.
Konflik dimulai ketika Budi diajak pak Guru BK ke ruangannya dan konflik ini berisi aksi-reaksi satir antara guru dan murid. Bagian koda atau akhir cerita ditandai lewat ujaran Budi yang memohon ampun pada gurunya.
Nah teman-teman, apakah teman-teman juga pernah dengar ada kasus guru cabul yang mencabuli beberapa muridnya?
Berita ini sempat menghebohkan lho dan disorot diberbagai media karena korbannya adalah anak-anak. Namun yang jelas, anekdot ini dibuat sebagai fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata pencabulan siswa oleh guru.
Tak hanya itu sebenarnya, saat ini bentuk kekerasan sebagai hukuman kepada siswa telah dilarang dan tak sedikit kasus guru yang dilaporkan ke polisi karena memukul siswanya.
Hal ini dilematis sebenarnya, di satu sisi, siswa yang benar-benar bandel memang harus dihukum, namun sayangnya kok siswa-siswa ini hanya kapok dengan hukuman yang sifatnya fisik (utamanya adalah siswa-siswi SD).
Namun demikian, kekerasan fisik terhadap siswa memang tidak semestinya dilakukan, terlebih jika kekerasan fisik tersebut dinilai keterlaluan.
Anekdot ini sekligus berupaya untuk mengingatkan para guru agar lebih kreatif dalam memberikan hukuman; bukan hukuman fisik namun efisien untuk meredam kebandelan siswa, apa ya kira-kira? Inilah tantangan para guru.
Kita langsung lanjut ke contoh berikutnya ya!
via clipartfest.com
Di sebuah warung makan, dua orang mahasiswa sedang ngobrol, mereka dulunya adalah kawan SMA yang sekarang sudah kuliah di universitas yang berbeda.
Mahasiswa 1 : Men, lama nggak ketemu, gimana kabarmu?
Mahasiswa 2 : Baik bro, kamu apa kabar?
Mahasiswa 1 : Ya, lumayan lah bro. Gimana kuliahmu?
Mahasiswa 2 : Asik Bro. Nggak salah pilih kampus nih!
Mahasiswa 1 : Asiknya gimana bro? Fasilitasnya oke yak?
Mahasiswa 2 : Kalo fasilitas sih bodo amat. Aku pilih kuliah dikampusku karena dosen-dosen ceweknya cakep-cakep bro, muda, sexy, lajang pula. Kalo pas ketemu di tempat dugem, mereka beda banget bro!
Mahasiswa 1 : Wah-wah, mahasiswa jaman sekarang, yang dicari yang begituan. Hahahaha!!!!
Mahasiswa 2 : Ya kalau kampusnya nggak ngrekrut dosen cakep, ya nggak laku lah bro, hahahaha!!! Eh, ngomong-ngomong kuliahmu gimana bro?
Mahasiswa 1 : Asik juga sih bro, seneng aku, bikin betah dan nggak mau lulus.
Mahasiswa 2 : Ah, mana ada gak mau lulus?! Emang ada apaan bro di kampusmu?
Mahasiswa 1 : (menjawab dengan tatapan kalem dan teduh) Dosen cowoknya ganteng-ganteng bro, kayak kamu!
Mahasiswa 2 : F*********K…..Minggat lu ANY*******GGGG!!!!!!!!!!!!!!
# # # # #
Abstraksi atau awal cerita muncul pada narasi paling awal yang mendiskripsikan setting cerita. Abstraksi ini disusul dengan orientasi yang muncul pada dialog pertama hingga hampir dialog terakhir.
Anekdot ini ditutup dengan konflik yang sekaligus menjadi koda cerita dengan ditandai melalui umpatan jijik mahasiswa 2 kepada mahasiswa 1 karena tak disangka teman SMAnya tersebut penyuka sesama jenis, dimana hal tersebut merupakan hal tak patut dan tak lazim.
Tak sedikit mahasiswa yang kuliah dengan tujuan yang aneh-aneh, misalnya hanya ingin lepas dari pengawasan orang tua, menikmati masa muda, dan lain sebagainya.
Di kota-kota besar, bisa kita cermati bahwa sebagian besar pengunjung tempat-tempat hiburan seperti karaoke, diskotik, warung kopi, dan sebagainya adalah mahasiswa.
Sementara itu, di sisi lain para mahasiswa ini dipandang masyarakat sebagai generasi masa depan yang diharapkan mampu menciptakan perubahan yang lebih baik.
Anekdot di atas terinspirasi dari fenomena kehidupan mahasiswa serta fenomena bisnis dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh instansi universitas tertentu; bukan mutu pendidikan yang diutamakan namun gaya hidup yang ditawarkan.
Tak sedikit dosen-dosen muda yang diluar kegiatan ajar-mengajar, mereka justru melakukan aktivitas yang jauh dari spirit pendidikan.
via pinterest.com
Seorang guru SD memergoki beberapa siswanya yang sedang ngintip bergantian di lubang pintu kamar mandi siswi.
Sedang asik-asiknya ngintip, para siswa nakal itu tidak sadar kalau telah ada salah satu gurunya berdiri di belakang mereka. Sontak mereka langsung bubar, namun sial bagi si Andi yang bajunya langsung ditarik oleh pak guru.
Si Andi diam dan ketakutan sekali. Pak guru membawa Andi ke kantornya dan menginterogasinya.
Pak Guru : Sama siapa saja tadi kamu ngintip di kamar mandi?
Andi : (ketakutan)…anu pak…anu….
Pak Guru : Anu anu apa! Jawab!
Andi : Saya sama Robert, Anggit, Aris, Kris, dan Lukman Pak.
Pak Guru : Siapa yang kalian intip?
Andi : (semakin ketakutan)…eee…eee….
Pak Guru : Jawab!
Andi : (menangis sesengukan)…sa…sa..saya…ti…tidak berani Pak….
Pak Guru : Kamu itu jadi laki-laki harus bertanggung jawab. Hayo,siapa yang tadi kalian intip?
Andi : (semakin ketakutan dan masih menangis, namun akhirnya mengaku juga)…tadi…tadi….kami nginti…di kamar mandi…..ada….pak…pak…pak kepala sekolah buka celana…dan ada Anis anak kelas 6 pak….
Pak Guru : (Mendadak pucat, panic, bingung, dan tentu saja shock) Baik, sekarang silahkan keluar ruangan ini. Ingat, jangan bilang siapa-siapa, mengerti!
# # # # #
Bila kita lihat struktur dari teks anekdor tersebut, abstraksi muncul pada bagian awal cerita yang menjadi pengantar cerita sekaligus memberikan gambaran awal dari inti cerita tersebut.
Konflik langsung muncul setelah bagian abstraksi, yakni ketika Andi tertangkap basah sedang mengintip di kamar mandi. Konflik ini mencapai puncaknya sekaligus menjadi koda yang ditandai dari pengakuan Andi bahwa yang ia intip bersama teman-temannya di kamar mandi adalah Pak Kepala sekolah.
Nah, teman-teman, contoh anekdot ke lima dalam artikel ini merupakan catatan dari sisi gelap dunia pendidikan kita; sama seperti halnya contoh sebelumnya, kasus yang diangkat dalam anekdot ini juga pernah tercium media masa.
Parahnya, ada oknum tersangka yang ternyata telah melakukan perbuatan bejat tersebut selama berbulan-bulan dengan siswi yang sama sampai-sampai siswi tersebut tidak mau lagi bersekolah.
Anekdot tersebut ditujukan sebagai sindiran keras terhadap dunia pendidikan, khususnya kepada pihak-pihak tenaga pengajar yang menyimpang jauh dari visi dan misi pendidikan.
Oke, mari kita melangkah ke contoh berikutnya:
via jintus.blogspot.com
Di sebuah kelas, seorang guru yang bijaksana mengajar murid-muridnya. Guru itu sangat senang jika ara muridnya banyak yang bertanya dan ia tak pernah membatasi pertanyaan dari murid-muridnya.
Maka seperti biasa, pak Guru mempersilahkan semua muridnya yang ingin menanyakan sesuatu.
Murid 1 : Bapak, jika nantinya setelah lulus sekolah saya akan meneruskan pekerjaan orang tua saya mengelola sawah, lalu apa gunanya saya bersekolah dan belajar macam-macam pak? Toh sekian tahun kedepan saya juga akan lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah diberikan di sekolah.
Guru : Semua hal yang ada di dunia ini, dan apa yang telah kita lalui itu tak ada yang sia-sia muridku, kecuali kita yang menyia-nyiakannya.
Sama halnya dengan bekerja, mencari uang, membangun rumah, bila nantinya kita mati dan meninggalkan hal itu semua, apakah sia-sia jika kita telah bersusah payah membangun rumah?
Murid 2 : Lalu misalnya Pak, jika saya hanya bercita-cita membuka warung makan, lantas apa gunanya saya menghafal rumus kimia?
Guru : Jika kamu benar-benar pandai kimia, kelak kamu akan memiliki cara pandang yang berbeda mengenai bagaimana mengurus makanan dan bagaimana mengurus warung.
Saat ini kamu menghafal rumus yang sulit dan asing namanya, meski begitu nantinya kamu bisa mencari bahasa yang mudah untuk memahami hal-hal kimiawi di sekitarmu.
Murid 3 : Bagaimana caranya agar saya bisa menjadi murid yang baik guru, lalu menjadi seseorang yang baik?
Guru : Kita mulai dengan yang tidak baik atau kurang baik atau yang kita sebut sebagai kesalahan karena ketidaktahuan.
Jangan pernah menutup mata, jangan pernah menutup telinga, karena yang telah kita ketahui saat ini bukanlah kebenaran satu-satunya.
Seorang murid yang baik adalah murid yang selalu senang mempelajari segala hal baru dan mempelajari kembali hal lama termasuk kesalahan-kesalahan kita.
Menjadi seseorang yang baik adalah dengan memandang segala hal di luar diri kita sebagai sesuatu yang baik.
Murid 4 : Singkat saja guru, kenapa kita harus belajar?
Guru : Agar kita paham bahwa kita semua bukanlah apa-apa. Untuk itulah kita perlu belajar hingga akhir hayat kita.
Begitulah cara guru itu mengajarkan kehidupan kepada murid-muridnya dan sang guru yang disebut sebagai Ki Hajar Dewantoro itu telah menciptakan murid-murid yang berperan serta sebagai para pendiri bangsa Indonesia.
# # # # #
Nah, contoh anekdot yang ini barangkali berbeda dengan yang sebelumnya. Apa ya bedanya? Tentu teman-teman bisa menilai bahwa contoh anekdot tersebut tidak mengandung kelucuan atau kritik terhadap sesuatu.
Anekdot memang tidak harus lucu teman-teman; anekdot bisa berupa cerita singkat yang berpijak dari kejadian nyata dan tentunya peristiwa yang diambil dalah peristiwa-peristiwa menarik atau barangkali lebih tepat sebagai peristwa inspiratif.
Lalu bagaimana dengan struktur anekdot tersebut? Kita bisa menggunakan analisis struktur sederhana yang hanya berupa bagan pembuka (abstraksi), isi (orientasi), dan penutup (koda).
Bagian abstraksi jelas terdapat pada paragraph paling awal, selanjutnya orientasi berada pada seluruh teks yang berbentuk dialog; karena dialog tersebut berorientasi untuk memperkenalkan pemikiran.
Penutup alias koda berada pada paragraph paling akhir yang mana koda ini memberitahukan siapa tokoh nyata dibalik nama guru tersebut.
Tidak mudah menjadi seorang guru, sebagaimana kata Ki Hajar Dewantoro, seorang guru harus bisa di depan untuk menjadi teladan, di tengah untuk ikut bergotong-royong, dan dibelakang untuk berperan sebagai yang terus menerus mendorong murid-muridnya agar terus maju.
Nah, bukankah figure guru yang demikian ini sangat langka saat ini?
Nah, teman-teman, demikian beberapa contoh anekdot dalam artikel ini. Teman-teman juga bisa membaca contoh anekdot lain pada link berikut ini: 4 Contoh Teks Anekdot Terbaru Beserta Struktur dan Analisisnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan sampai jumpa pada artikel lain dengan anekdot-anekdot terbaru lainnya.
ada nggak teks anekdot tentang harapan pejuang bangsa yang tidak sesuai dengan perilaku anak remaja masa kini