Contoh Teks Negosiasi - Artikel ini membahas selengkapnya tentang penjelasan teks negosiasi yang meliputi pengertian, fungsi dan tujuan, ciri-ciri, struktur, jenis-jenis serta kaidah kebahasaan teks negosiasi.
Tak hanya itu, artikel ini juga menyediakan 17 lebih contoh teks negosiasi dengan berbagai pilihan tema seperti teks negosiasi jual beli, pemecah konflik, formal, dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya, tentang hal-hal apa saja yang akan di bahas tentang teks negosiasi beserta ke tujuh belas lebih contohnya, kamu bisa melihatnya dalam daftar isi.
Jadi, artikel ini akan sangat berguna dan bisa membantumu dalam memahami atau mengerjakan tugas terkait dengan teks negosiasi. Untuk itu, baca selengkapnya pada bagian-bagian di bawah ini.
Dalam hidup sehari-hari kita tak pernah lepas dari aktivitas negosiasi mulai dari negosiasi sederhana hingga negosiasi yang serius.
Negosiasi sederhana bisa ditemukan, misalnya, dalam aktivitas jual beli dipasar, meminta uang kepada orang tua, menentukan menu makan malam, mengatur jadwal piket, dan lain sebagainya.
Sementara negosiasi serius bisa ditemukan dalam urusan bisnis, politik, hukum, perang, dan lain sebagainya.
Dari bentuk-bentuk aktivitas negosiasi tersebut, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa negosiasi adalah suatu aktivitas tawar menawar atau dialog antara satu pihak dengan pihak lainnya untuk menemukan suatu kesepakatan.
Misalnya dalam aktivitas jual beli, antara penjual dan pembeli biasanya tidak langsung menemukan kesepakatan harga untuk menghargai suatu barang yang dipasarkan. Maka kedua belah pihak tersebut biasanya tawar menawar harga terlebih dahulu.
Dengan adanya tawar menawar tersebut, penjual berharap dagangannya laku dan ia tetap mendapatkan untung, sementara bagi pihak pembeli, ia berharap bisa membeli barang yang ia butuhkan dengan harga yang murah.
Kata negosiasi itu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, negociate yang kurang lebih baik dalam bahasa inggris ataupun Bahasa Indonesia memiliki arti serupa.
Jika merujuk pada KBBI, negosiasi diartikan sebagai proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Dalam pengertian yang dipahami melalui bahasa dan budaya Inggris, negosiasi merupakan bentuk perundingan yang dilakukan dengan strategi tertentu untuk menemukan solusi yang diperundingkan, sehingga negosiasi ini memiliki tiga jenis strategi, yakni win-win strategy (kedua belah pihak sama-sama untung), win-lose strategy (salah satu pihak akan kalah atau dirugikan), dan lose-lose strategy (kedua belah pihak sama-sama rugi). Dari ketiganya tersebut, yang paling sering dipergunakan adalah win-win dan win-lose strategy.
Teks negosiasi muncul karena suatu kebutuhan.
Tentu saja fungsi dari teks negosiasi ini adalah untuk berunding, berdialog, tawar menawar dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama.
Untuk itulah negosiasi selalu membutuhkan strategi terutama untuk menciptakan teksnya, baik secara tertulis ataupun lisan.
Meski hanya dalam tataran sepele dan sehari-hari, dalam bernegosiasi kita akan memilih dan memilah kata serta laku agar pihak lain yang kita ajak negosiasi menyetujui tawaran yang kita ajukan.
Misalnya, ketika kita hendak meminta uang saku lebih kepada orang tua, pasti kita akan mencari dahulu alasannya, lalu memilih waktu yang tepat untuk meminta kepada orang tua dengan bahasa tertentu dan ekspresi tertentu pula agar orang tua kita yakin dan berbelas kasihan untuk memberikan sejumlah uang yang kita minta.
Terdapat 6 ciri-ciri teks negosiasi, yaitu:
Struktur teks negosiasi bisa berbeda berdasarkan jenis negosiasi yang dilakukan dan jika diklasifikasikan akan terdapat 3 jenis struktur teks negosiasi yang paling umum seperti yang akan diuraikan berikut ini:
Yang dimaksud dari teks negosiasi umum ini adalah suatu jenis negosiasi yang paling praktis dengan asumsi bahwa negosiasi tersebut merupakan negosiasi yang lebih mengarah pada dialog sehingga sulit untuk menentukan struktur detailnya sehingga disederhanakan menjadi tiga unsur, yakni pembukaan-isi-penutup.
Pembukaan; bagian ini berisi awalan dari terjadinya negosiasi tersebut, misalnya teks negosiasi tersebut dibuka dengan sapaan basa-basi “Selamat pagi, pak. Maaf ini saya hendak mengganggu waktu bapak sebentar...”.
Isi; bagian ini merupakan dialog atau proses percakapan perundingan antar satu pihak dengan pihak lainnya, misalnya “Setelah saya dan rekan-rekan telah diskusikan kemarin dalam rapat, maka saya hendak menyampaikan usulan yang telah kami sepakati bahwa demi keamanan dan kelancaran bersama maka acara pentas seni desa kita akan diundur jadwalnya...”
Penutup; bagian ini merupakan ujaran penutup setelah kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan, misalnya “Terimakasih banyak atas pengertian dan persetujuan bapak...”.
Struktur teks negosiasi jual beli tentu sedikit lain dengan struktur teks negosiasi pada bagian sebelumnya.
Dalam prosesi jual beli, ada bagian-bagian yang baku dan hampir selalu seperti itu urutan kejadiannya;
Orientasi: Bagian ini merupakan bagian awal dari prosesi jual beli yang bisa dimulai dari pihak penjual ataupun pihak pembeli.
Permintaan: Bagian ini merupakan aksi ketika pihak pembeli mulai menanyakan jenis dagangan atau informasi terkait dengan dagangan kepada pihak penjual.
Pemenuhan: Bagian ini merupakan tanggapan pihak penjual atas permintaan pihak pembeli.
Penawaran: Pada bagian ini pihak pembeli mulai mengajukan penawaran atas harga yang telah diinformasikan pihak penjual pada bagian sebelumnya.
Pada bagian ini pula pihal penjual juga menanggapi penawaran yang diajukan oleh pihak pembeli.
Persetujuan: Pada bagian ini pihak penjual dan pembeli telah mencapai kesepakatan harga.
Pembelian: Tentu setelah terjadi kesepakatan, transaksi pembelian dimulai pada bagian ini.
Penutup: Bagian ini merupakan akhir dari prosesi jual beli yang biasanya kedua belah pihak saling mengucapkan terimakasih untuk sekedar beramah tamah atau menjaga relasi agar kelak transaksi serupa bisa terjadi lagi.
Berbeda dengan struktur teks negosiasi jual beli, untuk teks negosiasi permohonan/pengajuan ini biasanya terjadi antara suatu perusahaan atau perorangan dengan pihak bank, atau suatu organisasi dengan pihak donatur dengan urutan kejadian umum sebagai berikut;
Orientasi: Bagian ini merupakan bagian awal dari proses negosiasi yang meliputi penceritaan latar belakang permohonan.
Pengajuan: Bagian ini menjelaskan jumlah nominal atau material yang diajukan oleh pihak pemohon.
Penawaran: Bagian ini merupakan penawaran atas yang diajukan oleh pihak pemohon. Tidak selalu permohonan tersebut dikabulkan sesuai dengan yang diajukan.
Persetujuan: Bagian ini merupakan persetujuan kedua belah pihak.
Penutup: Bagian ini merupakan akhir dari proses negosiasi tersebut.
Negosiasi bisa sangat beragam macamnya, namun jika dikategorikan akan terdapat 6 macam teks negosiasi yang paling umum, yaitu:
Terdapat 6 kaidah kebahasaan teks negosiasi secara umum, yaitu:
via detik.com
Suatu hari di jalan raya, seorang polisi menilang pengendara motor yang tidak mengenakan helm.
Polisi: (meniup peluit...prit...prit)...Menepi mas...menepi...
Pengendara: (menepi) Ada apa ya pak?
Polisi: Maaf mas, itu masnya nggak pakai helm...
Pengendara: Astagfirulloh, maaf pak, saya lupa, ini tadi buru-buru soalnya, mau ujian.
Polisi: Masnya punya SIM?
Pengendara: Punya pak...
Polisi: Surat kendaraan lengkap?
Pengendara: Lengkap pak...
Polisi: Boleh saya periksa?
Pengendara: Bisa sih pak, tapi saya buru-buru ini...
Polisi: Maaf mas, tapi ini kewajiban saya...
Pengendara: Ini SIM dan STNK...
Polisi: Yak, lengkap mas, tapi mohon maaf masnya saya tilang karena tidak memakai helm di jalan raya...
Pengendara: Waduh pak...maaf, ini karena saya buru-buru kalau damai aja gimana pak?
Polisi: Damai bagaimana maksudnya mas?
Pengendara: Ya saya bayar tilang di sini...
Polisi: Mohon maaf mas, sekarang ini pembayaran tilang hanya bisa lewat atm...gampang dan cepat kok mas, masnya tinggal transfer ke no rekening ini, lalu nanti bukti transer diserahkan ke saya.
Saya tugas di pos perempatan itu sampai jam 12 mas. Kalaupun saya sedang tidak ada di pos, nanti bisa lewat rekan saya. Sementara itu SIM saya tahan dulu mas, ngambilnya di pos jaga.
Pengendara: Masak nggak bisa pak...bayar ke bapak saya juga nggak keberatan kok...
Polisi: Maaf mas, saya tidak berwenang untuk itu.
Pengendara: Ya sudah pak...saya pasrah saja.
Polisi: Ini surat tilang untuk masnya, setelah transfer nanti silahkan ke pos jaga ambil SIM punya masnya.
Pengendara: Tapi nanti kalau saya ketilang lagi gimana pak?
Polisi: Ya makanya jangan lupa nggak pakai helm.
Pengendara: Ya sudah deh pak, saya ke kampus dulu, lalu ke pos polisi menemui bapak.
Polisi: Baik Mas, sekali lagi maaf, dan saya tunggu di pos jaga.
Pengendara: Permisi pak...
Polisi: Hati-hati di jalan mas, di depan ada toko helm silahkan beli saja daripada di tilang polisi yang ada di pos selanjutnya...
Pengendara: Iya pak, terimakasih pak.
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah toko elektronik.
Penjual: Mari mas, ada yang bisa saya bantu?
Pembeli: ada dong mbak, di sini jual kabel nggak ya?
Penjual: Kabel yang kayak apa ya mas?
Pembeli: Kabel yang hitam lurus kayak rambut mbaknya ini lho!
Penjual: Hahaha, bisa aja masnya ini! Kabel yang gimana? Nanti saya cariin.
Pembeli: Kabel ukuran 1,5 100 meter, kabel ukuran 2,75 50 meter.
Penjual: Merek apa mas?
Pembeli: Yang bagus apa ya mbak?
Penjual: Biasanya yang dicari banyak orang itu Eterna mas, murah, bagus.
Pembeli: Coba mbak lihat barangnya boleh?
Penjual: Kabelnya kan mas? Bentar ya, saya ambilkan dulu.
Penjual: Mas, ini kabelnya yang tersedia tinggal yang panjangnya 50 meter-an, yang 100 meter kosong. Ada sih yang langsung 100 meter tapi warna putih. Gimana mas?
Pembeli: Wah, putih kayak kulit mbaknya dong, hahaha. Yang item aja mbak, 50 meter-an gak apa-apa.
Penjual: Brarti kabel Eterna ukuran 1,5 panjangnya 2 x 50 meter sama ukuran 2,75 50 meter ya mas?
Pembeli: Iya mbak, oh iya lupa, itu harganya berapa ya mbak?
Penjual: Bentar mas tak lihat dulu...ini yang ukuran 1,5 50 meternya 350 ribu mas, terus yang 2,75 550 ribu, jadi totalnya 1.300.000 mas.
Pembeli: Wah, mahal juga ya...gak bisa kurang mbak?
Penjual: Ini sudah murah mas, toko lain gak segini harganya.
Pembeli: Masak nggak ada potongan mbak? Kalau ada besok saya belanja ke sini lagi deh.
Penjual: Buat pasang di mana mas?
Pembeli: Itu lho, proyek pembangunan kantor di ujung jalan sana.
Penjual: Bentar ya mas, tak tanya si Bos dulu, siapa tahu kalau buat proyek ada bonus buat masnya kalau belanja di sini.
Pembeli: Asik....di tunggu mbak.
Penjual: Ada mas, tapi nggak banyak. Harganya tetep segitu, terus buat masnya 70 ribu. Gimana mas?
Pembeli: Siap mbak, saya ambil. Pakai nota ya mbak.
Penjual: Iya mas, Tunggu bentar ya.
Pembeli: 1.300.000 ya mbak...ini mbak uangnya.
Penjual: Maaf, saya hitung sebentar ya mas.... Sip, uangnya pas ya mas. Terus ini notanya, lunas, sama ini bonus buat masnya.
Pembeli: Siap, terimakasih banyak ya mbak.
Penjual: Sama-sama mas, kalau besok-besok belanjanya lebih banyak lagi bonusnya juga banyak lho mas kata si bos.
Pembeli: Siap mbak, besok-besok masih ada yang harus dibeli kok. Terimakasih mbak.
Penjual: Sama-sama mas.
# # # # #
via pinterest.com
Pada suatu siang, Pak Tomo mendatangi rumah Pak Juki untuk bernegosiasi harga rumah
Pak Tomo: Permisi....Kulonuwun....
Pak Juki: Monggo Pak, eh tumben sekali Pak Tomo mampir, mari silahkan masuk.
Pak Tomo: Iya pak.
Pak Juki: Silahkan duduk pak, ada apa ini kok tumben mampir ke rumah?
Pak Tomo: Hahaha, itu lho pak, saya dengar dari pak RT katanya rumah bapak yang dipojokan gang itu mau dijual ya?
Pak Juki: Betul sekali pak, itu rumahnya memang mau saya jual, lha sudah ga sanggup ngurus dua rumah mas, kalau dikontrakin misalnya saya pasang harga mahal ya susah cari yang sewa, kalau murah kok ya saya rugi perawatannya.
Kebetulan juga itu saya mau jual, karena rencananya mau beli tanah buat perkebunan saja mas, buat kesibukan di hari tua.
Pak Tomo: Hahaha, Pak Juki ini memang pantang menyerah, sudah umur tapi masih bisa saja usahanya.
Pak Juki: Dari pada bingung Pak, lha anak-anak juga sudah pada berkeluarga dan pada bikin rumah sendiri, gak mau pakai rumah yang itu.
Pak Tomo: Ini kebetulan saya kok berminat ya pak, tentunya kalau harganya cocok dengan kondisi keuangan saya, hahaha...
Pak Juki: Wah, kalau sama tetangga sendiri ya saya gak mahal kok pak jualnya.
Pak Tomo: Kalau boleh tahu, rumahnya dijual dengan harga berapa ya pak?
Pak Juki: Itu karena banyak yang harus direnovasi, terus terang saya pasang harga tanah sama harga bahan bangunannya saja pak biar realistis.
Luas tanah 200 meter, luas bangunan 150 meter, untuk detailnya sudah ada di sertifikat tanah yang nanti bisa dicek.
Ya pakai ukuran harga tanah disini dan harga bahan bangunan sekarang ini, rumah itu saya jual seharga 750 juta pak. Tentu kalau buat orang lain ya gak segitu harganya.
Pak Tomo: Hahaha, iya pak. Tapi ini saya boleh nawar nggak ya pak?
Pak Juki: Mongga pak, silahkan ditawar, kalau jodoh pasti ketemu pak.
Pak Tomo: Hahaha, Iya pak, kebetulan saya punya budget 500 juta, apa boleh kalau harganya segitu pak?
Pak Juki: Ya, kalau untuk orang lain, rencananya rumah itu mau saya jual 850 juta pak, tapi karena hari ini bapak duluan datang, harga yang saya pasang 750 juta. Tentu banyak yang saya pertimbangkan.
Jadi kalau untuk harga yang masih jauh dari 750 juta saya belum bisa lepasnya pak karena rencananya memang uang hasil penjualan rumah itu nantinya mau saya belikan tanah di daerah Bantul, punya tetangga dari saudara saya dan harganya kebetulan segitu.
Kalau misalnya laku 850 juta kan saya masih punya modal buat bikin usaha di tanah itu pak.
Pak Tomo: Ya pak, saya paham sekali kalau harga 750 juta itu sudah sangat realistis untuk ukuran rumah di sini. Tapi ya itu pak, saat ini saya masih punya uang 500 juta.
Bulan depan baru saya bisa punya uang lagi dari hasil perkebunan saya. Ini kalau misalnya bapak tidak keberatan, apa boleh kalau saya nego waktu dulu untuk pembayaran penuh atas rumah itu pak?
Pak Juki: Ya ndak apa-apa pak, saya juga nggak buru-buru kok pak ini. Ya kalau Pak Tomo berminat dan bisa bulan depan saya nggak masalah pak.
Pak Tomo: Kalau begitu apa perlu saya kasih uang muka dulu pak?
Pak Juki: Ah, nggak usah pak, sama tetangga sendiri juga kok, hahaha. Jadi kalau bulan depan malah kita bisa sambil ngobrolin tetang notarisnya.
Ya kalau jadi, nanti saya nggak keberatan cari notarisnya pak, biaya notaris biar saya yang tanggung.
Pak Tomo: Wah, ya boleh lah kalau begitu pak. Tapi baiknya saya DP aja ya pak biar sama-sama enak.
Pak Juki: Ya saya ikut bapak saja enaknya gimana.
Pak Tomo: Ini saya DP 300 juta dulu ya pak, sisa pelunasannya bulan depan sekalian.
Pak Juki: Sebentar pak, kalau begitu saya ambil kwitansi dulu sama materai. Soalnya ini uang bukan sedikit jumlahnya, biar saya lega dan bapak juga ada pegangan hukum, maaf bukan maksudnya gimana-gimana lho pak, hahaha.
Pak Tomo: Iya pak, hahaha, saya ikut bapak saja.
(Pak Juki mengambil kwitansi dan materai, lalu menulis)
Pak Juki: Ini sudah betul ya pak? Silahkan bapak tanda tangan di sini.
Pak Tomo: Baik pak (Menandatangani)
Pak Juki: Jadi ini deal ya pak.
Pak Tomo: Deal pak, dan semoga tidak ada halangan sama sekali pak.
Pak Juki: Mudah-mudahan pak, Amin. Kalau begitu bisa kita rembug segala macamnya dengan notaris bulan depan sekalian ya pak.
Pak Tomo: Iya pak. Deal ini ya pak.
Pak Juki: Deal pak, semoga lancar sampai bulan depan.
Pak Tomo: Amin.
Pak Juki: Wah sampai lupa bikin suguhan buat bapak ini.
Pak Tomo: Hahaha, santai saja pak. Kalau begitu ini saya tak pamit dulu.
Pak Juki: Lho kok buru-buru pak? Nggak ngopi-ngopi dulu?
Pak Tomo: Wah, terimakasih pak, saya tak langsungan saja, ngurus kebun dulu, bentar lagi panen biar maksimal hasilnya.
Pak Juki: O, ya sudah kalau gitu, mudah-mudahan lancar rejekinya ya pak, terimakasih banyak.
Pak Tomo: Sama-sama Pak, saya juga terimakasih.
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah pasar tradisional, Bu Heri mau membeli daging di salah satu lapak langganannya.
Penjual: Selamat pagi Bu Heri, wah sudah belanja macem-macem ini...
Bu Heri: Iya nih pak, mau ada arisan nanti sore, jadi rencananya masak agak banyak hari ini.
Penjual: Ini kebetulan dagingnya segar-segar Bu, baru sampai subuh tadi, belum kena freezer. Ibu Heri mau daging apa? Kambing apa sapi?
Bu Heri: Sapi aja lah pak, ga berani makan kambing, bapak lagi naik tensinya, bisa gawat kalau makan daging kambing.
Penjual: Oh, tensinya sering naik to buk? Kalau saya tiap hari makan daging kalau gak sapi ya kambing.
Sejauh ini tensi saya aman bu, tapi ya itu, rajin makan ketimun, melon, semangka, apel, kangkung, hahaha, biar seimbang bu. Sama banyak minum air putih dan yang terpenting itu harus ikhlas bu.
Bu Heri: Ikhlas bagaimana pak?
Penjual: Ya kalau menjalani hidup ini ikhlas pasti kan adem ayem aja, jadi tensinya nggak bakalan naik, hahaha.
Bu Heri: Betul juga bapak ini...
Penjual: Nah, ini ibu silahkan pilih, mau bagian mana? Paha? Iga?
Bu Heri: Kalau paha sekilonya berapa pak?
Penjual: Masih sama bu kayak kemarin, 110 ribu.
Bu Heri: kalau iga?
Penjual: buat Bu Heri tak diskon aja deh, 105 ribu untuk 1 kg iga.
Bu Heri: kalau begitu saya ambil daging bagian paha 1 kg, iga ½ kg. Tapi harganya mbok jangan segitu pak, belanjaan saya pas banyak ini lho...
Penjual: Hahaha, ya sudah, khusus buat Ibu nanti semuanya tak kasih harga 210 ribu saja.
Bu Heri: Hehehehe, tambah bonus tulang dong pak, buat bikin kaldu.
Penjual: Siap Bu Heri. Pokonya beres. (penjual daging itu mulai menyiapkan pesanan Bu Heri)
Bu Heri: Terimakasih pak.
Penjual: Ini Bu, sudah siap, tak pisah jadi dua ya buk, yang ini iga sama tulang, yang ini paha. Semua 210 ribu.
Bu Heri: Sip. Ini pak uangnya.
Penjual: Uangnya 250 ribu. Ibu nggak punya uang pas?
Bu Heri: Wah, habis pak buat beli cabe tadi, lha gimana pak? Nggak ada kembalian ya?
Penjual: Iya ini dari tadi yang beli pake uang besar semua. Gini aja bu, 200 ribu dulu aja, yang 10 ribu besok aja kalau pas ibu belanja ke sini lagi.
Bu Heri: Oh, ya sudah kalau begitu, yang 10 ribu tak kasih besok ya pak.
Penjual: Ya Bu, gampang lah, hahaha...
Bu Heri: Ini terimakasih ya pak, saya tak langsungan dulu.
Penjual: Ya bu, terimakasih banyak, salam buat Pak Heri.
Bu Heri: Ya pak, mari...
Penjual: Mari Bu Heri...
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah toko baju, Dito sedang mencari kemeja kerja.
Karyawati: Mari Mas, ada yang bisa dibantu?
Dito: Mau lihat-lihat dulu boleh mbak?
Karyawati: Oh iya silahkan mas, yang deretan ini celana, sebelah sana kemeja, sebelah situ kaos, di pojokan sana ada celana dalam, jaket, topi, silahkan lihat-lihat dulu mas.
Dito: Iya mbak, terimakasih, tak ke deretan kemeja aja mbak.
Karyawati: Masnya cari kemeja?
Dito: Iya mbak, buat kerja.
Karyawati: Oh, kalau buat kerja yang deretan itu bagus-bagus mas.
Dito: Hahaha, iya mbak. Maunya sih nyari yang bagus tapi murah.
Karyawati: Wah, kebetulan, merek itu barangnya bagus-bagus dan diskon 30% mas, lagi promo.
Dito: Coba saya lihat dulu mbak. Oh iya, bisa dicoba kan ya?
Karyawati: Bisa mas, ruang ganti sebelah sana.
Dito: Oke mbak. Saya lihat-lihat dulu kalau begitu.
(Dito mulai memilih kemeja)
Dito: Mbak, menurutmu kemeja ini pas nggak buat saya kalau pas kerja?
Karyawati: Pas sih mas, tapi kalau boleh tahu masnya kerja apa ya?
Dito: Masih mau nglamar kerja sih mbak...
Karyawati: Di mana mas?
Dito: Di kebun binatang.
Karyawati: Kalau menurut saya, masnya cocok kalau pakai yang warna coklat mas, lengan pendek, biar kesannya kayak peneliti satwa di acara TV itu lho.
Coba saya pilihkan, yang ini...ini..ini...nah, ini dia mas, ini kalau dipadukan dengan celana hitam yang sedang mas pakai ini sangat cocok, tampak santai, luwes dan masih berkesan formal kok mas kalau buat wawancara kerja.
Dito: Wah, mbaknya ini jago juga ya pilihin baju...
Karyawati: Lha kan ini memang kerjaan saya mas.
Dito: Mbak, kemeja ini harga pas ya?
Karyawati: Iya mas, persis seperti yang tertera pada label harga, labelnya itu belum didiskon mas, jadi nanti akan dipotong 30%.
Dito: Oh, kirain bisa ditawar harganya.
Karyawati: Kecuali kalau masnya belanja minimal 5 item, nanti akan ada potongan harga lagi kok mas, tergantung bosnya kalau soal ini.
Dito: Wah, cuma butuh 1 kemeja mbak...
Karyawati: Brarti masnya Cuma bisa dapat diskon mas, hahaha, lumayan lho mas.
Dito: Ini aja deh mbak.
Karyawati: Baik mas, saya buat notanya dulu ya, nanti bayarnya di kasir sekalian ambil barangnya di sana.
Dito: Oke mbak, aku langsung ke kasir kalau gitu. Makasih banyak ya sudah dibantu pilih kemeja.
Karyawati: Sama-sama mas. Jangan kapok belanja baju di sini ya.
Dito: Siap. Nggak kapok kok mbak, asal kalo saya ke sini mbak yang bantuin, hahaha...
Karyawati: Hahaha, bisa aja masnya. Ini mas notanya.
(Dito langsung ke kasir)
Kasir: Semuanya 125 ribu rupiah mas.
Dito: Ini mbak.
Kasir: Uangnya 130 ribu, kembali 5000 rupiah ya mas.
Dito: Terimakasih mbak.
Kasir: Sama-sama mas, selamat belanja kembali lain waktu.
# # # # #
via liputan6.com
Di sebuah kios HP, Jarwo sedang ingin membeli HP android baru.
Penjual: Selamat siang mas, ada yang bisa saya bantu?
Jarwo: Mau lihat-lihat dulu mas...
Penjual: Oh iya, silahkan mas...
Jarwo: HP android yang bagus itu merek apa ya mas?
Penjual: Wah, tergantung kebutuhan, spesifikasi sama budget mas...
Jarwo: Maksudnya mas? Saya nggak paham, baru kali ini nyari android soalnya.
Penjual: Kira-kira nanti mau dipakai buat apa saja mas?
Jarwo: Ya macem-macem mas, komunikasi sama temen-temen, WA, Fesbuk, browsing, lihat vidio, buat foto-foto, sama buat main game mas. Apa ya yang bagus?
Penjual: Mau yang merk mahal apa ekonomis mas?
Jarwo: Yang sedang aja mas
Penjual: Oh, kalau gitu pilih merk USUS, LENOGO, atau SAMSUL Semesta aja mas. Itu merek bagus, ada yang harganya ekonomis, sedang, sampai yang mahal mas.
Jarwo: Bedanya yang murah sama yang mahal apa sih mas?
Penjual: Spesifikasinya mas, mereknya bisa apa saja, tapi biasanya orang nyari itu pilih speknya yang sesuai sama kebutuhan mas.
Jarwo: Kalau kebutuhanya kayak saya tadi enaknya apa ya mas?
Penjual: Itu sih standard mas, apa saja masuk. Tinggal pilih kameranya sama ram nya aja, mau kamera berapa Mp sama ram berapa giga?
Jarwo: Oh, kalau itu dong aku, aku mau yang di atas 8 Mp sama ram minimal 2 giga aja mas.
Penjual: Coba tak carikan yang kameranya 13 Mp ya mas, ram 2 giga....dari tiga merek tadi ada semua mas, tapi harganya beda dikit.
Jarwo: Yang paling miring merek apa mas?
Penjual: Merek USUS mas yang sesuai spesifikasi masnya...
Jarwo: Coba mas, boleh saya lihat barangnya?
Penjual: Ini dia mas yang merk USUS, sekalian tak bawain yang merek lain mas, SAMSUL dan LENOGO.
Jarwo: Kalau masnya pilih mana mas?
Penjual: Kalau saya sih pakai SAMSUL mas, ini Hp saya (menunjukkan Hpnya) harganya sedikit lebih mahal, tapi ngetrend mas, banyak yang pakai.
Jarwo: Oh...gitu ya...bentar, kalau USUS harganya berapa mas?
Penjual: Kalau yang seri ini, 1.850.000 mas.
Jarwo: Mahal amat mas...
Penjual: Bisa ditawar, tapi nggak bisa turun banyak mas, ini sudah murah lho kalau dibandingin tempat lain.
Jarwo: Kalau SAMSUL?
Penjual: SAMSUL 2,3 mas
Jarwo: Trus kalau LENOGO?
Penjual: LENOGO 2,1 mas
Jarwo: Wah...kirain 1,5 udah bisa dapet...
Penjual: Ya bisa aja, tapi ya spesifikasinya turun....ada kok mas USUS yang spesifikasinya lumayan bagus, ram 2 giga, kamera 13 Mp...harganya segituan...tapi Cuma bisa sinyal 3G...
Jarwo: Wah bingung aku mas...
Penjual: Selow mas, dipikir-pikir dulu, ini lho ada air mineral gratis, silahkan diambil. Ini ada katalog, siapa tahu dapat merk yang cocok.
Jarwo: Sip mas, ini kalau saya beli hpnya udah bisa langsung pakai kan mas?
Penjual: Bisa mas, nanti diinstalin di sini gratis sama dapat kartu perdana gratis buat aktivin Hp
Jarwo: Masak bonusnya Cuma kartu perdana mas?
Penjual: Tergantung masnya mau beli apa dulu, bonus bisa diatur...
Jarwo: Aku ambil USUS aja mas, tapi harganya turunin dong...
Penjual: 1,8 aja mas, boleh dibawa pulang tuh hp...
Jarwo: 1,75 mas...
Penjual: Wah, kejauhan mas...gini aja deh, 1,8 aku kasih bonus kartu sama casing pelindung hp mas, sekalian pelindung layarnya bias nggak gampang lecet.
Jarwo: Dapat charger kan mas?
Penjual: Dapat lah mas, itu kan bawaan dari pabrik.
Jarwo: Dapat power bank nggak?
Penjual: Dapet tapi habis itu aku digantung bosku mas, hahaha...belum mas kalau itu, mahal soale...
Jarwo: Oke lah, aku ambil yang ini mas.
Penjual: Deal ya!
Jarwo: Deal mas.
Penjual: Kalau begitu ini aku instal sama tak isi programnya ya mas.
Jarwo: Siap mas.
Penjual: Ini notanya, 1,8 juta mas.
Jarwo: Siap, ini uangnya mas.
Penjual: Siap, tak hitung dulu ya mas. (menghitung uang) Sip, pas ya mas. Ini Hpnya butuh waktu 30 menitan mas soalnya baterainya harus diisi dulu baru bisa diinstal.
Jarwo: Siap mas, tak tunggu di sini boleh?
Penjual: Boleh banget mas, ini lho mas ada minum sama majalah biar gak bosan nunggu.
Jarwo: Oke deh. (Jarwo menunggu)
(30 menit kemudian)
Penjual: Ini mas dah jadi, masnya tinggal aktifin dulu gmailnya biar bisa masuk ke googleplay. Silahkan diaktifkan dulu gmailnya mas, nanti download aplikasi disini aja gratis.
Jarwo: Siap mas. Sebentar ya. Sudah nih mas.
Penjual: Sip, ini sudah ada aplikasi bawaan mas, terus sudah diaktifin juga pake gmail masnya. Nah kalau ada aplikasi yang pengen ditambahin boleh lho download di sini.
Jarwo: Sip mas, sementara ini aja dulu, aplikasi yang lain bisa tak download lain kali.
Penjual: Oke kalo gitu mas, ini box sama perlengkapan lainnya, casing udah, pelindung layar sudah, kartu udah di dalam, sama ini kartu garansinya ya mas. 1 tahun. Tapi garansi servis.
Notanya jangan sampai ilang dulu biar kalau ada apa-apa bisa dapat garansi mas. Nanti bisa langsung ke sini aja kok mas.
Jarwo: Oke mas, terimakasih banyak ya mas.
Penjual: Sama-sama mas, jangan kapok beli hp di sini ya mas kalau perlu lagi.
Jarwo: Hahaha, yoi mas.
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah lapak sepatu baru dan bekas, Hasan hendak berburu sepatu kulit bekas.
Penjual: Mari mas, silahkan dipilih sepatunya, ada yang baru, ada yang bekas, masih bagus-bagus ini mas, barang import.
Hasan: Lihat-lihat dulu boleh pak?
Penjual: Boleh banget mas, dicoba-coba juga boleh.
Hasan: Coba lihat sepatu yang di rak itu pak, sepatu bot kulit warna coklat...
Penjual: Yang ini mas?
Hasan: Iya pak?
Penjual: Silahkan dicek...
Hasan: Yang ini berapaan pak?
Penjual: Yang itu 250 ribu mas.
Hasan: Kalau yang sebelahnya itu pak?
Penjual: Itu sama mas, seukuran juga dengan yang coklat ini.
Hasan: Kok mahal amat pak?
Penjual: Ya biar bekas itu asli dari perancis mas...saya belinya juga mahal dan susah nyarinya.
Hasan: Boleh turun gak pak harganya?
Penjual: Ya boleh aja ditawar dulu mas, kalau cocok bisa dibawa.
Hasan: Dua-duanya boleh gak kalau 300 ribu?
Penjual: Wah, jauh amat mas. Belum bisa kalau segitu.
Hasan: Tak beli dua lho pak...
Penjual: Ya 400 ribu deh mas.
Hasan: Wah, uangnya ga sampai kalau segitu pak...
Penjual: Hehehe, kalau gitu beli 1 dulu mas, yang 1 bisa tak simpen buat masnya kalau mau, gimana mas? Terus terang ini barang bagus mas dan cepat laku di sini.
Hasan: Brarti kalau gitu 1 pasang 200 ribu pak?
Penjual: Iya mas, boleh kalau segitu.
Hasan: Ini ada uang 350 sih pak, nih lihat nih di dompet cuma segini pak, boleh nggak dua pasang 350 ribu?
Penjual: Wah...berat mas...390 bisa deh.
Hasan: Yah...lha yang 40 gak ada nih pak...
Penjual: Hahaha, masnya ini bisa aja, kan di ATM masih buanyak, hahaha...
Hasan: Hahaha...ya namanya juga usaha pak. Gini aja deh pak, kalau boleh dua pasang 350, kalau nggak ya sudah deh, brarti belum jodoh.
Penjual: Gak mau beli 1 dulu aja mas?
Hasan: Nggak pak, saya maunya dua harganya segitu, kalau boleh sih pak.
Penjual: 360 deh mas...masak gak ada sih tambah 10 ribu aja? Biar saya dapat untungnya agak mendingan lah mas.
Hasan: Oke deh, 360 aku bisa pak.
Penjual: Deal mas.
Hasan: Oke pak! Bungkus. Ini uangnya, pas 360 ribu.
Penjual: Terimakasih mas. Oh iya, Ini mau tak wadahin kardus apa adanya atau dibungkus plastik aja mas?
Hasan: Plastik aja pak biar muat masuk tas. Ribet kalau masuk kardus.
Penjual: Oke mas, silahkan, ini sepatunya sah jadi milik masnya.
Hasan: Sip. Terimakasih banyak pak. Oh iya pak, tiap bulan saya cari sepatu. Ini kartu nama saya dan nomor hp ada disitu, bapak kasih tau saja kalau ada barang bagus.
Penjual: Lho masnya memang jual lagi kok tiap bulan cari sepatu?
Hasan: Sebenarnya sih koleksi aja pak, saya suka. Nggak saya jual tapi kadang saya sewain pak buat anak-anak yang suka bikin film sama teater itu lho.
Tapi kalau sudah bosan dan kepepet gak ada uang ya ada juga koleksi yang saya jual pak.
Penjual: Oalah, ya mas, kalau ada barang baru tak kabarin, lewat WA aja mas biar ada fotonya.
Hasan: Sip pak, kalau cocok dan harganya masuk pasti saya beli kok pak. Terimakasih ya pak, ini sepatunya tak bawa dulu.
Penjual: Sama-sama mas, terimakasih banyak.
# # # # #
via wahyuarigayo.blogspot.co.id
Di daerah rawan konflik, kepala desa A sedang berunding dengan kepala desa B untuk menemukan solusi agar masing-masing warga mereka berhenti tawuran.
Kepdes A: Jadi bagaimana ini pak, situasi yang terjadi di desa saya dan desa bapak semakin panas ini. Aparat polisi malah mengembalikan kasus ini kepada kita.
Kepdes B: Ya kasus seperti ini juga repot kalau ditangani polisi pak, memang baiknya dirundingkan secara kekeluargaan, tapi ya kita berdua yang harus jadi tumbal kali ini.
Kepdes A: Sebenarnya saya dan para tetua desa sudah musyawarah, warga kami bisa tenang kalau pabrik kertas yang baru dibangun di desa bapak di tutup, soalnya limbah pabrik itu dibuang ke sungai dan warga kami sebagian besar menggantungkan nasib perikanannya di sungai itu pak.
Saya mengerti kalau sebagian besar warga bapak mulai bekerja di pabrik itu dan desa bapak dapat donatur tetap, tetapi kalau kemudian warga yang diadu domba seperti ini gara-gara pabrik tidak mau rugi mengolah limbah kan bisa jatuh banyak korban pak...
Kepdes B: Ya seandainya warga bapak koordinasi dahulu dan tidak langsung ramai-ramai mendatangi pabrik dan akhirnya bentrok dengan warga kami kan seharusnya kekacauan ini tidak terjadi.
Ini masalahnya sudah lebih dari sekedar limbah pak, beberapa warga kami yang terluka jelas tidak terima dan mungkin warga bapak juga demikian...
Kepdes A: Nah, kalau seperti ini terus kan tetap tidak ada titik temu. Ya gimana lah caranya agar bapak rapat dengan warga atau tetua desa supaya persoalannya ini difokuskan kembali ke limbah pabrik.
Jadi desa kami dan desa bapak sepakat kalau pabrik harus mengolah limbahnya dan tidak membuang limbah itu ke sungai. Terus terang kali ini warga kami kehilangan ribuan ikan gara-gara limbah itu pak.
Kepdes B: Ya pak, saya mengerti, memang ini kasus yang sulit sekali dan baru terjadi di desa kita.
Kepdes A: Gini aja deh pak, kami tidak akan menuntut apa-apa lagi kalau pabrik itu berhenti membuang limbah ke sungai.
Jika bapak sepakat, maka kita berdua nanti harus lapor ke dinas lingkungan hidup terlebih dahulu lalu ke kantor polisi untuk sama-sama menyelesaikan masalah ini.
Kepdes B: Baik kalau begitu, sore nanti saya akan merundingkan ini dengan para warga desa, lalu besok kita berdua selaku lurah sama-sama ke pihak berwajib.
Biar hal ini jadi urusan pabrik dengan lembaga hukum, jadi warga kita sama-sama aman.
Kepdes A: Saya sepakat pak. Sementara kita berdua harus sebisa mungkin mencegah adanya bentrok susulan, saya sudah kerahkan para tokoh masyarakat desa untuk menenangkan warga.
Kepdes B: Baik pak, saya juga pasti akan melakukan hal serupa.
Kepdes A: Ya sudah kalau begitu pak, saya pamit dahulu.
Kepdes B: Ya pak, sampai ketemu lagi besok siang. Kita langsung saja ketemu di kantor dinas lingkungan hidup ya pak.
Kepdes A: Iya pak, asalamualaikum.
Kepdes B: wa’alaikum salam.
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah istana negara, Presiden A bertemu dengan Presiden B untuk membahas kerjasama anti terorisme.
Presiden A: Senang berjumpa dengan anda pak, bagaimana perjalanan anda? Menyenangkan?
Presiden B: Senang berjumpa dengan anda lagi, hahaha, perjalanan saya kali ini sangat mengesankan. Negara anda sudah banyak mengalami perubahan ternyata. Sangat berbeda dengan 10 tahun yang lalu saat saya berkunjung ke sini.
Presiden A: Ya, tentu perkembangan teknologi global ikut serta mengubah wajah negara kami saat ini. Tapi bagaimanapun juga saya salut dengan negara anda, meski wilayahnya kecil namun semua warganya hidup makmur.
Presiden B: Ah, itu yang tampak dari luar pak presiden, kami juga punya banyak masalah internal, terutama terkait dengan keamanan negara.
Mengingat jumlah penduduk negara kami tidak sebanyak jumlah penduduk negara anda, dan mayoritas penduduk kami adalah pebisnis, jadi kami sangat kekurangan pasukan untuk menjaga keamanan negara.
Presiden A: Ah, anda selalu merendah pak presiden, bagaimanapun juga peralatan tempur kami sebagian diproduksi oleh negara anda, jadi saya kira negara anda tetap memiliki sistem keamanan yang bagus.
Presiden B: Hahaha, ya saat ini kami sedang khawatir dengan pesebaran terorisme yang sulit sekali dideteksi.
Badan intelejen negara kami sangat kekurangan orang. Apalah gunanya peralatan canggih jika tidak ada yang mengoperasikannya.
Presiden A: Betul, terorisme kini mulai tumbuh merebak dimana-mana dan sangat sulit dideteksi. Kami juga mengalami permasalahan serupa.
Beberapa waktu belakangan ini sudah ada tiga titik yang dijadikan sasaran bom bunuh diri oleh para teroris. Kami sudah bekerja siang malam untuk memantau keberadaan teroris namun tetap saja ada yang lolos.
Presiden B: Ya, untuk itulah kita perlu melakukan kerjasama untuk melawan terorisme di kedua negara kita.
Presiden A: Saya sangat sepakat dan menyambut baik kerjasama ini. Semoga kerjasama ini menguntungkan keduabelah pihak.
Presiden B: Sebagaimana yang telah anda ketahui, kami memiliki peralatan yang canggih yang telah kami kembangkan belakangan ini.
Peralatan ini terhubung dengan satelit kami yang bisa sangat membantu untuk memantau pergerakan teroris pada titik-titik yang telah kita kehendaki. Tentu negara anda yang luas ini membutuhkan peralatan semacam ini.
Presiden A: Anda benar pak presiden. Sementara itu kami punya ribuan pasukan terlatih untuk bergerak dalam bidang intelejen yang telah kami sebar di seluruh dunia.
Bilamana diperlukan, kami bisa menugaskan pasukan kami dan menempatkannya di negara anda untuk bekerjasama dibawah komando negara anda.
Presiden B: Itu yang sangat kami harapkan. Semua ini tak lain hanya untuk menjaga negara kita dari ancaman terorisme. Tak kurang tak lebih.
Presiden A: Saya sepakat dengan hal itu. Jika dalam 10 tahun ke depan kita bekerjasama untuk hal ini. Jikapun kita tak lagi menjabat sebagai presiden, maka perjanjian ini tetap berlaku hingga 10 tahun ke depan.
Presiden B: Baik, saya sepakat.
Presiden A: Nah, saya kira kita telah menemukan sedikit solusi untuk hal ini. Selain pokok utama terkait dengan terorisme, apakah anda ingin bekerjasama dalam hal yang lain dengan negara kami?
Presiden B: Tentu saja, kami sangat membutuhkan suplai bahan makanan dan bahan baku industri dari negara anda yang sangat kaya dengan hal-hal yang kami butuhkan.
Presiden A: Kami bisa untuk itu, dan sejujurnya negara kami juga sangat membutuhkan investor untuk membanguan kantong-kantong ekonomi di berbagai daerah yang sebetulnya sangat berpotensi namun belum terurus secara optimal.
Presiden B: Kami sanggup untuk itu karena kami sedang mencari lahan untuk dikelola, khususnya pada sektor pertanian dan peternakan.
Negara anda sudah waktunya memulai pertanian modern untuk meningkatkan hasil produksi panen dengan cara rekayasa pertanian.
Kami memiliki banyak laboratorium untuk meriset berbagai jenis tanaman agar bisa tumbuh dan berproduksi dengan maksimal.
Bila hal ini berhasil, maka negara anda akan mampu berproduksi berkali-kali lipat. Tentu hal ini juga akan menguntungkan kami karena kami juga membutuhkan bahan-bahan tersebut.
Presiden A: Ya, kami sangat minim tenaga ahli dalam hal itu dan sejujurnya peralatan di laboratorium pertanian dan peternakan kami harus diupgrade.
Presiden B: Baiklah kalau begitu, saya kira kerjasama ini akan sangat menguntungkan untuk negara kita.
Presiden A: Bagaimana kalau kerjasama dalam bidang ini kita lakukan selama 50 tahun kedepan?
Presiden B: Saya setuju.
Presiden A: Nah, saya kira sudah waktunya kita makan siang sebelum kita lanjutkan ke penandatanganan kontrak kerjasama ini dan agenda-agenda lainnya.
Kami telah menyiapkan berbagai jenis masakan dari berbagai daerah di negara kami. Ada 1000 jenis masakan yang harus anda cicipi, hahaha.
Presiden B: Hahaha, becanda anda ini, saya hanya sanggup mencicipi 999 jenis makanan. Hahaha.
Presiden A: Hahaha, anda masih tetap memiliki selera humor yang luar biasa.
Presiden B: Baiklah, saya sudah tidak sabar. Anda tahu, saya sudah 2 hari berpuasa demi makan seluruh jenis makanan di negara anda, Hahaha
Presiden A: Hahaha, anda luar biasa pak presiden. Mari kita ke hall dan berjumpa dengan berbagai makanan dan hiburan kesenian daerah kami.
Presiden B: Ini yang paling saya tunggu-tunggu. Ayo Pak Presiden, saya sudah tidak sabar lagi.
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah bank, seorang pengusaha menemui pegawai bank atas respon terhadap proposal peminjaman modal yang diajukan kepada pihak bank.
Pengusaha: Selamat Pagi pak.
Petugas bank: Selamat pagi pak. Dengan bapak Suhendra?
Pengusaha: Betul pak.
Petugas bank: Kami sudah membaca proposal yang anda ajukan untuk peminjaman modal. Menurut kami, usaha peternakan ayam yang akan bapak buat ini sangat menarik.
Namun demikian, kami harus melakukan proses verifikasi wawancara dengan bapak sebelum menindaklanjuti permohonan bapak.
Pengusaha: Iya Pak.
Petugas bank: Boleh tahu bisnis bapak saat ini atau sebelumnya?
Pengusaha: Sebelumnya saya hanya karyawan swasta. Saya telah bekerja selama 8 tahun dan mulai jenuh. Lantas saya berfikir untuk membuat usaha sendiri.
Kebetulan saya memiliki lahan seluas 400 meter yang jauh dari pemukiman dan saya kira lahan tersebut cocok untuk peternakan.
Nah, untuk jenis ternak yang saya kuasai ilmunya ya ternak ayam petelur pak.
Dulunya saya kuliah di peternakan dan tugas akhir saya meneliti peternakan ayam petelur. Jadi saya sudah paham seluk beluknya, kendalanya, hingga pemasaran hasil produksinya.
Petugas bank: Tapi setelah lulus bapak bekerja di percetakan?
Pengusaha: Betul pak...ya namanya juga cari kerja, waktu itu karena tidak punya modal saya kerja seadanya. Lamaran kerja yang kebetulan diterima waktu itu ya di perusahaan percetakan.
Petugas bank: Pinjaman yang bapak ajukan sebesar 100 juta rupiah, betul?
Pengusaha: Betul pak.
Petugas bank: Di proposal sudah dijelaskan sih rinciannya, tapi menurut perhitungan kami, berdasarkan permohonan serupa yang pernah diajukan oleh pengusaha lain kepada kami, kisaran kebutuhan bapak sebetulnya cukup dengan jumlah pinjaman 70 juta saja pak. Itupun sudah lebih menurut kami.
Sehingga kami bisa menyanggupi jumlah pinjaman sebesar 70 juta dengan pengembalian secara angsuran sebesar 3,75 juta tiap bulan selama dua tahun. Itu sudah termasuk bunga pinjaman pak. Bagaimana menurut bapak?
Pengusaha: Apa nggak bisa dinaikan lagi jumlah nominal yang bisa saya pinjam pak?
Terus terang angka 100 juta yang saya tawarkan itu merupakan hitungan dengan harga saat ini. Jadi saya akan sangat kesulitan seandainya yang di kabulkan kurang dari jumlah tersebut.
Petugas bank: Bagaimana kalau 80 juta?
Pengusaha: Nggak bisa lebih lagi pak?
Petugas bank: Itu angka maksimal yang bisa kami kabulkan untuk permohonan bapak. Tentu dengan jumlah angsuran yang berbeda, yakni 4 juta tiap bulan selama 2 tahun.
Pengusaha: Sudah nggak bisa nambah dikit lagi ya pak.
Petugas bank: Tidak bisa pak.
Pengusaha: Ya sudah kalau begitu, saya setuju dengan nominal 80 juta beserta dengan jumlah angsurannya selama dua tahun.
Petugas bank: Dan peminjaman ini dengan jaminan sertifikat tanah bapak yang akan didirikan peternakan itu ya pak?
Luas tanah 400 meter dengan kisaran harga kurang lebih 600 juta.
Pengusaha: Iya pak.
Petugas bank: Baik kalau begitu bapak tunggu sebentar, saya siapkan berkas-berkas yang bisa bapak tandatangani.
Pengusaha: Baik pak.
(petugas bank menyiapkan berkas)
Petugas bank: Ini bapak berkasnya, silahkan dibaca dulu, nanti kalau setuju silahkan tanda tangan, usahakan tanda tangannya kena materai ya pak.
Pengusaha: Iya pak. Rangkap dua ya pak ini (menandatangani). Sudah pak.
Petugas bank: Baik bapak, ini yang 1 bendel buat bapak, dan satunya lagi akan jadi arsip kami. Nah, pencairan ini akan segera di transfer ke nomor rekening bapak hari ini.
Pengusaha: Jadi ini sudah beres semua pak?
Petugas bank: Sudah pak.
Pengusaha: Kalau begitu saya pamit dulu pak.
Petugas bank: Baik bapak, terimakasih banyak atas kerjasamanya.
Pengusaha: Sama-sama pak. Mari.
Petugas bank: Mari pak, silahkan.
# # # # #
via pinterest.com
Suatu hari, seorang direktur perusahaan A mendatangi kantor direktur perusahaan B untuk negosiasi kerjasama bisnis.
Direktur A: Selamat pagi Bu.
Direktur B: Selamat pagi pak, mari silahkan. Wah, ternyata bapak datangnya pagi ya, saya kira agak siang nanti menjelang makan siang, hahaha...
Direktur A: Iya bu, maaf ini kepagian, soalnya nanti siang saya harus rapat dengan pemilik perusahaan.
Direktur B: Kepagian juga nggak apa-apa pak, saya juga sedang kosong jadwalnya hari ini. Just stand by aja, hahahaha...
Direktur A: Jadi hari ini sebenarnya saya ingin membahas kelanjutan penawaran yang telah saya singgung sedikit lewat email yang saya kirim kemarin Bu.
Nah, karena perusahaan saya membutuhkan bahan baku dari perusahaan ibu, maka kedatangan saya ini tentu berkaitan dengan hal tersebut.
Direktur B: Ya pak, saya sudah baca detail lampiran dari email bapak. Kalau boleh tahu, kenapa kok nggak lanjut dengan perusahaan suplier sebelumnya pak? Maaf lho, ini kalau boleh tahu saja pak.
Direktur A: Oh, perusahaan sebelumnya yang bekerjasama dengan kami sedang mengalami masalah finansial serius dan jumlah produksi yang harus dikirim ke perusahaan kami jadi tidak stabil.
Kami tidak mau mengambil resiko ikut-ikutan menurun produktivitasnya. Lagipula, harga yang mereka tawarkan terlalu tinggi untuk ukuran bisnis semacam ini.
Ya tentunya harus bisa dibedakan dong mana jualan eceran sama kerjasama bisnis semacam ini.
Pihak kami sudah berusaha melakukan negosiasi baik-baik tetapi tetap tidak ada jalan tengah yang sama-sama menguntungkan. Terpaksa kami putus hubungan kerjasama.
Direktur B: Oh begitu rupanya. Lantas kalau boleh tahu, maaf lho ini, kenapa memilih perusahaan kami, sementara untuk material serupa bisa didapatkan di beberapa perusahaan lain yang lebih besar?
Direktur A: Prinsip perusahaan kami adalah saling menguntungkan dan saling membangun antar perusahaan yang kami ajak kerjasama. Kami lebih senang bergandengan dengan perusahaan kecil jika dibandingkan perusahaan besar.
Maaf sebelumnya, jujur saja kami hanya berspekulasi kalau perusahaan Ibu sedang giat mencari rekanan karena perusahaan Ibu termasuk perusahaan baru.
Dalam hal ini tentu perusahaan ibu berani memainkan harga untuk mengambil hati pasar.
Jadi, kami lebih cenderung mencoba bekerjasama dengan perusahaan ibu terlebih dahulu sebelum mencoba berelasi dengan perusahaan lain.
Direktur B: Wow, anda jeli sekali. Baiklah, kami memang sedang mencari rekanan bisnis untuk pemasaran produk kami dan kami memang sedang bermain harga.
Untuk itulah saya harus merespon email bapak sehingga ada pertemuan pagi ini.
Nah, permintaan perusahaan bapak adalah bahan baku ban mobil dengan jumlah 3000 liter karet olahan tiap harinya.
Kebetulan perusahaan kami mampu memproduksi 10.000 liter karet olahan siap pakai, namun sejauh ini kami hanya memproduksi 5000 liter untuk perusahaan sebelah.
Direktur A: Nah, kebetulan lagi...kalau kami naikkan jumlah permintaan menjadi 5000 liter tiap harinya berarti bisa dong?
Direktur B: Bisa pak, sejauh ini suplier bahan mentah kami tidak mengalami kendala satupun. Tapi sejauh ini kami selalu main aman dengan menimbun bahan baku untuk produksi hingga satu bulan.
Jadi kalau ada apa-apa kami sudah punya banyak rencana cadangan.
Direktur A: Bagus sekali. Ini yang kami mau. Baiklah, bagaimana dengan harga yang ibu ajukan untuk 5000 liter tiap harinya?
Direktur B: Kami pakai kisaran harga bawah untuk rekanan semacam ini, yakni 35 ribu rupiah per liter dan harga akan tetap segitu selama 3 bulan.
Jadi setiap 3 bulan sekali kami harap ada negosiasi harga dengan patokan harga bahan baku. Tentu perusahaan anda sudah tidak asing dengan hal ini bukan?
Direktur A: Ya, tentu untuk negosiasi harga biasanya kami selalu perbaharui seiring dengan naik turunnya harga bahan baku. Baiklah, kami langsung saja menawar ya, 33 ribu per liter.
Direktur B: Bisa, tapi bagaimana jika pembaharuan negosiasi harga kami ubah menjadi dua bulan sekali karena harga 33 ribu per liter itu termasuk rawan dan kami akan sangat repot jika harga bahan baku naik.
Direktur A: Baiklah, saya kira cukup fair. 33 ribu per liter untuk suplai dua bulan ke depan.
Direktur B: Jika demikian, berarti tinggal tanda tangan dong. Hahaha, saya yang siapkan surat kontrak atau bapak?
Direktur A: Sama saja sih, tapi berhubung kami sedang di kantor ibu, bagaimana kalau surat kontraknya pihak ibu yang buat?
Direktur B: Baik bapak, dengan senang hati. Saya akan suruh sekretaris saya untuk menyiapkan surat kontrak. Bapak mau menunggu di ruang tamu? Ada hidangan sederhana di sana jika bapak berkenan.
Direktur A: Boleh deh, hahaha.
Direktur B: Silahkan bapak, lewat sini. Nah, ini ruangannya, silahkan menunggu sebentar, nanti saya akan ke sini lagi untuk penandatanganan kontrak. Silahkan dicicipi hidangan di meja.
Direktur A: Oke Bu, siap. Saya akan tunggu di sini.
(10 menit kemudian)
Direktur B: Maaf pak sedikit lama.
Direktur A: Ah, santai Bu.
Direktur B: Ini kontraknya, silahkan dibaca dulu.
Direktur A: Oke. Sip. Saya sih setuju saja dengan kontrak ini. Saya tanda tangan di sini ya Bu.
Direktur B: Iya Pak.
Direktur A: Sudah.
Direktur B: Saya juga tanda tangan ya pak. Nah, yang ini buat perusahaan bapak, dan satunya untuk kami.
Direktur A: Sip. Saya senang bekerjasama dengan perusahaan Ibu.
Direktur B: Kami juga senang Pak.
Direktur A: Kalau begitu, terimakasih banyak. Saya mohon pamit dulu, selebihnya kita komunikasi via email atau telephone ya Bu.
Direktur B: Iya, Pak. Terimakasih banyak. Sampai jumpa dua bulan lagi.
Direktur A: Tentu. Baiklah, saya pamit. Selamat pagi bu.
Direktur B: Selamat pagi Pak.
# # # # #
via pinterest.com
Suatu hari di sekolah, seorang sales buku mendatangi ruangan kepala sekolah.
Kepala Sekolah: Mari mas, silahkan masuk.
Sales Buku: Maaf pak, mengganggu waktunya bapak.
Kepala Sekolah: Oh, nggak apa-apa, ada yang bisa saya bantu?
Sales Buku: Ini pak, saya mau menawarkan buku dan LKS untuk sekolah ini.
Kepala Sekolah: Masnya dari penerbit mana ya?
Sales Buku: Saya dari penerbit Erlangka
Kepala Sekolah: Oh...kebetulan sekali di semester baru ini, sekolah ini belum kerja sama dengan pihak manapun untuk buku dan LKS. Apa saja yang mas tawarkan.
Sales Buku: Sebenarnya saya menawarkan untuk semua mata pelajaran pak, tapi ya saya berusaha memenuhi kebutuhan sekolah saja.
Kepala Sekolah: Mahal nggak mas harga rata-rata LKS sama buku pelajarannya?
Sales Buku: Tentu murah pak dan kami membuat produk yang sekiranya selalu terjangkau oleh orang tua murid.
Ya jika dibandingkan dengan penerbit lain, saya berani bilang kalau produk kami jauh lebih murah dan lebih bermutu pak. Bapak bisa cek di katalog ini.
Kepala Sekolah: Ya kalau itu sih percaya saya mas, tapi dalam kerjasama ini, kira-kira keuntungan apa yang diperoleh pihak sekolah?
Sales Buku: Jika sekolah ini memesan buku untuk seluruh kelas 1-3, tentu ada bonus yang menarik buat bapak.
Kepala Sekolah: Boleh tahu apa bonusnya mas?
Sales Buku: Untuk itu, boleh saya tahu berapa jumlah siswa di sini pak?
Kepala Sekolah: Keseluruhan siswa dari kelas 1-3 ada 780 siswa.
Sales Buku: Ya kira-kira bonus buat bapak jika semua buku pelajaran dan LKS yang digunakan dari penerbit kami, pihak penerbit kami akan memberikan bonus 5 juta buat bapak serta sejumlah fasilitas sekolah seperti alat-alat olah raga pak.
Kepala Sekolah: Menarik mas, saya setuju. Hari ini akan saya sosialisasikan ke guru-guru bahwa sekolah akan memakai penerbit masnya untuk keperluan buku pelajaran sama LKS.
Sales Buku: Wah, terimakasih banyak pak.
Kepala Sekolah: Kapan kira-kira buku tersebut didatangkan?
Sales Buku: Seminggu setelah bapak menandatangani proposal ini, seluruh keterangan pemesanan tertera pak, maka kami akan mengirimkan buku ini ke sekolah. Pembayaran bisa kami terima selambat-lambatnya satu bulan setelah pengiriman.
Kepala Sekolah: Baik kalau begitu, saya setuju mas, saya bisa tanda tangani sekarang proposalnya.
Sales Buku: Ini pak proposalnya.
Kepala Sekolah: Saya lihat dulu ya mas....
(Kepala sekolah melihat-lihat sepintas isi proposal lalu menandatanganinya)
Sales Buku: Terimakasih banyak pak, kalau begitu selanjutnya saya akan bikin laporan ke pihak penerbit dan secepatnya mendatangkan buku-buku tersebut Pak.
Kepala Sekolah: Oke mas, saya tunggu.
Sales Buku: Kalau begitu saya pamit dahulu, terimakasih banyak pak. Oh iya, bonus akan kami berikan setelah pelunasan dari semua buku tersebut pak.
Kepala Sekolah: Siap mas, Terimakasih banyak.
Sales Buku: Sama-sama pak. Selamat siang pak.
Kepala Sekolah: Selamat siang. Hati-hati di jalan.
Sales Buku: Iya pak. Mari...
Kepala Sekolah: Mari...mari...mas...
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah rumah, sang bapak berbicara pada anaknya.
Bapak: Nak, ke sini sebentar...
Anak: Ada apa pak?
Bapak: Sibuk nggak?
Anak: Memangnya kenapa pak?
Bapak: Bantu bapak bawa dagangan ke pasar.
Anak: Tapi pak, kan aku ada janji mau pergi keluar sama teman-teman...
Bapak: Kan pergi bisa kapan saja, lagipula bapak jarang minta tolong sama kamu kalau nggak penting banget.
Anak: Kakak kan ada pak...
Bapak: Kakakmu mau ujian. Jangan diganggu.
Anak: Aku juga mau belajar kelompok pak.
Bapak: Gini aja, kemaren kan kamu minta dibeliin gitar kalau bapak punya uang. Nah gimana kalau setelah anter dagangan bapak kasih kamu uang buat beli gitar sendiri.
Anak: Ah, kan gitar mahal pak, paling bapak Cuma kasih 50 ribu doang.
Bapak: Eits, jangan salah, dagangan bapak itu nilainya 3 juta. Harus dikirim hari ini. Daripada bapak ajak orang lain trus kasih upah ke orang lain kan mendingan kamu bisa dapat gitar. Memangnya berapaan harga gitar?
Anak: Paling murah 200 ribu.
Bapak: Ah kecil itu. mau gak?
Anak: Yang bener pak?
Bapak: Mau gak?
Anak: Mau pak.
Bapak: Yuk kalau gitu.
Anak: Ayok pak.
Bapak: Lha trus belajar sama teman-temanmu gimana?
Anak: Ah itu bisa lain kali pak, lagian kan jarang aku bantu bapak.
Bapak: Yang bener?
Anak: Bener pak, ayuk yuk...
Bapak: ya sudah kalau begitu, kamu ganti baju dulu sana.
Anak: Siap pak!
# # # # #
via pinterest.com
Kalimat-kalimat negosiasi selalu identik dengan frasa-frasa tawar menawar, rayuan, atau bahkan intimidasi. Berikut ini merupakan contoh potongan kalimat-kalimat negosiasi:
A: Bolehkan saya lewat sini Pak?
B: Maaf dik, kalau mau masuk ya lewat depan, soalnya ini pintu keluar.
A: Tapi saya tadi udah masuk dari depan, dan sudah keluar lewat sini, tapi tas saya ketinggalan di penitipan barang, kalau lewat depan saya harus bayar lagi...boleh ya saya Cuma mau ambil tas...
B: Yang bener Cuma mau ambil tas?
A: Beneran pak sumpah, itu tasnya tadi saya taruh di penitipan barang, ini nomornya saja masih saya simpan...
B: Ya sudah kalau begitu, masnya langsung ambil saja ya terus keluar lagi lewat sini.
A: Baik pak, terimakasih.
C: Bro, kapan kamu bisa bayar utang? Maaf lho, tapi ini aku sedang kepepet butuh uang...
D: Sory bro, kalau hari ini aku belum punya uang. Gimana kalau tiga hari lagi, pas sudah tanggal 2 aku sudah dapat gaji.
C: Wah, bro...maaf banget bro...aku kepepet banget, bisa nggak kamu pinjem siapa dulu gitu, lagian kan minggu kemaren kamu bilang kalau hari ini bisa bayar utang, nah aku juga kebetulan janjiin mau bayar tagihan pulsa hari ini.
D: Ya...anu deh...apa...aku tak coba hubungi temenku ya, gimana kalau sejam lagi kita ketemu disini. Mudah-mudahan aku dapat pinjaman. Maaf bro aku ngrepotin kamu...
C: Oke bro, tak tunggu ya, sori lho bukan maksudnya aku maksa kamu...kalau nggak kepepet juga aku santai orangnya...
D: Siap bro...tunggu ya bro.
# # # # #
via pinterest.com
Berikut ini merupakan parodi drama satu babak Ada Apa Dengan Cinta 2
TOKOH:
BABAK 1
SETTING CERITA ADALAH SEBUAH CAFE, PUKUL 19.30, MUSIK JAZZ MENGALUN PELAN MENEMANI PARA PENGUNJUNG CAFE BERCAKAP-CAKAP.
DI SEBUAH MEJA, RANGGA DAN CINTA SEDANG BERCAKAP-CAKAP.
Rangga: Cinta, kamu mau pesen apa?
Cinta: Hmmm...nasi goreng cumi, coklat panas, sama kopi aceh deh.
Rangga: Oke sip. Kamu lapar apa pengen?
Cinta: Dua-duanya, hahahaha! Kamu mau makan apa, Rangga?
Rangga: Udah kenyang, aku pesan roti bakar sama kopi luwak aja deh.
Cinta: Ntar aku nyicipin kopimu ya.
Rangga: Boleh, hahaha, kamu masih penggemar kopi ya?
Cinta: Ya iya lah, dari dulu sejak kita kenalan, trus kamu ke Amrik sampai kamu balik kemaren sore tuh aku masih tetep doyan kopi.
Rangga: Kenapa kok suka kopi?
Cinta: Pahit yang entahlah...itu yang aku suka. Rasanya selalu membawa nuansa puitik. Rasa kangen yang tak kunjung padam.
Rangga: Meski telah bertemu masih tetap kangen?
Cinta: Hanya ketika aku minum kopi, hahahaha!!!
Rangga: Sial! Hahaha! Eh, bentar yak tak panggil pelayan. (MEMANGGIL PELAYAN) Mas...mas...mau pesen.
Pelayan: Iya mas, ada yang bisa saya bantu?
Rangga: Kami pesen ini, ada semua nggak?
Pelayan: Ada semua mas, ada lagi yang lain?
Rangga: Itu dulu mas, nanti kalau nambah saya panggil lagi.
Pelayan: Baik mas, silahkan ditunggu bentar.
Rangga: Makasih mas.
Pelayan: (Tiba-tiba balik lagi) Eh, mas...mbak....maaf, boleh saya minta tanda tangan...bener kan yak ini mas Michel Saputra sama mbak Dean?
Rangga: Eee....Iya mas...bener...
Cinta: Nggak foto selfie aja sekalian mas?
Pelayan: Nggak ah mbak, nggak punya Hp. Maaf lho mas mengganggu...saya ngefans sama mas Michel dan mbak Dean... saya nonton filmnya dulu pas saya masih SMP...minta tanda tangan di seragam kerja saya saja ya mas......
Rangga: Lah, ntar kalau dimarahi si bos gimana?
Pelayan: Nggak mungkin kalau yang tanda tangan mas dan mbak...yang ada malah seragam ini di beli sama bos mas, hahaha...nggak mas, becanda...saya masih punya seragam lain mas, yang ini mau tak pigura.
Rangga: Oke mas, kami tanda tangan. Di sini ya? (RANGGA DAN CINTA MENANDATANGANI SERAGAM PELAYAN ITU)
Pelayan: Iya mas. Makasih banyak mas, mbak. Semoga sukses selalu. Tunggu bentar ya pesanannya.
Rangga: Ada-ada saja...
Cinta: Masih untung ada yang ngefans sama kita Michel...
Rangga: Tadi kita ngobrolnya sampai mana?
Cinta: Sampai 14 tahun yang lalu kamu tega ninggalin aku dan nggak balik-balik.
Rangga: Ya mau gimana lagi...aku mah harus jaga bokap. Sekarang sudah waktunya aku kembali.
Cinta: Kamu ga tau sih rasanya 14 tahun aku nolak ratusan cowok yang nembak aku...demi kamu tau...
Rangga: Kamu juga ga tau rasanya 14 tahun nahan nembak cewek lain...itu juga demi kamu tahu...
Cinta: Dasar lelaki badung! Awas kalau sampai nembak cewek lain!
Rangga: Eh ngomong-omong lama juga ya pesenan kita nggak datang-datang.
Cinta: Sengaja kali Rangga, biar kita bisa nunggu lama. Eh kamu keburu lapar?
Rangga: Ya enggak, justru aku mikirin perutmu, kamu keburu laper nggak kalau lama?
Cinta: Nggak kok, aku seneng-seneng aja..... Mm...Rangga...
Rangga: Iya...
Cinta: Tau nggak?
Rangga: Tau..
Cinta: Apa?
Rangga: Kamu kangen aku...
Cinta: Kok tahu sih?
Rangga: Emang kamu mau bilang apa lagi kalau nadanya gitu.
Cinta: Hahaha, emang kamu nggak kangen sama aku?
Rangga: Kangen.
(PESANAN AKHIRNYA TIBA)
Pelayan: Maaf mas, mbak, agak lama ini pesenannya. Ini nasi goreng cumi, roti bakar, kopi aceh, kopi luwak, coklat panas. Ada yang kurang mas, mbak?
Rangga: Sip. Udah komplit kok mas.
Pelayan: Baik mas, selamat menikmati
(PELAYAN PERGI, RANGGA DAN CINTA KEMBALI LARUT DALAM KATA-KATA)
Cinta: Kenapa kok nggak pulang-pulang?! Aku nungguin tau.
Rangga: Ya karena aku tahu kamu nunggu, makanya aku nggak khawatir kamu bakalan nikah sama orang lain.
Cinta: Ih, kamu jahat deh.... Mm...Rangga...
Rangga: Iya...
Cinta: Kapan kamu mulai serius...
Rangga: Melamar kamu?
Cinta: Iya...
Rangga: Tapi...
Cinta: Seharusnya sudah nggak ada tapi...
Rangga: Iya...
Cinta: Sudah 14 tahun aku menunggumu dengan cemas, aku percaya meski kadang terlintas pikiran kalau kamu nggak akan balik lagi ke sini dan menikah dengan orang sana...di saat-saat seperti itu aku selalu menangis sendirian, diam tanpa kata, tapi aku percaya kamu akan pulang.
Rangga: Tapi...
Cinta: Nggak ada tapi!
Rangga: Tapi aku penasaran...kenapa kamu menungguku?
Cinta: Lha kamu kenapa juga balik ke sini?
Rangga: Aku balik ke sini ingin menikahimu.
Cinta: Sungguh?
Rangga: Tapi...
Cinta: Katakan Rangga...
Rangga: Bisakah kamu jadi ibu untuk anak-anakku nanti?
Cinta: Bisa Rangga...
Rangga: Bisakah kamu sabar dengan segala kekuranganku ini?
Cinta: Bisa Rangga...
Rangga: Bisakah kamu...
Cinta: Apapun itu aku bisa. Bisakah kamu?
Rangga: Bisa
Rangga: Kalau begitu kita akan menikah secepatnya
Cinta: Tentu Rangga, ini yang kutunggu.
Rangga: Tapi...
Cinta: Apa lagi?!
Rangga: Bagaimana kalau kita makan dahulu...sebelum kopi menjadi dingin.
Cinta: Akan selalu hangat bersamamu Rangga....hahaha...
Rangga: Besok kita nikah?
Cinta: What?! Butuh persiapan kalee...
Rangga: Aku sudah siap.
Cinta: Lamar aku dulu, baik-baik di depan orang tuaku, kita pilih baju pernikahan, tempat pernikahan, sebar undangan...
Rangga: Sudah kulakukan semua, tanpa sepengetahuanmu, semua sudah beres tanpa kamu tahu. Hanya ini yang bisa kuberikan sebagai kejutan malam ini buatmu...
Cinta: What?!!!! Kamu tuh...diem-diem....kok bisa...kok ortuku gak bilang ke aku...
Rangga: Kan aku dah bilang kalau ini buat kejuatanmu, sebulan sebelum ini aku sudah balik dan mengurus segalanya, lalu ke Amrik bentar dan mengabarimu aku akan pulang...
Cinta: I love U Rangga....
Rangga: I Love U too...Cinta....
Cinta: Terus pada bagian ini kita pelukan kan Mic?
Rangga: Di naskahnya sih gitu. Tapi kalau keberatan ya bilang aja sama sutradaranya.
Cinta: Oke, lumayan juga latihan hari ini.
Rangga: Makan yuk, laper...
Cinta: Nah loh, tadi gak pesen nasi...
Rangga: Lha naskahnya gitu kok...bagi nasi gorengnya boleh?
Cinta: Nih, dikit aja ya, aku juga laper.
Rangga: Seru juga ya jalan-jalan lagi kayak gini...udah 14 tahun sejak syuting pertama kita ga pernah ketemu.
Cinta: Yoi...sekarang kita malah udah pada punya anak...
Rangga: Dean...pernah terpikir nggak...e...nggak ding...
Cinta: Apa Michel?
Rangga: Nggak...nggak jadi...
Cinta: Sial! Jangan bikin penasaran dong!
Rangga: Hmm...(DIAM AGAK LAMA)...Tapi aku nggak bermaksud apa-apa lho....
Cinta: Justru itu bilang aja apa...bikin penasaran aja....
Rangga: Kadang aku kangen 14 tahun yang lalu...kadang aku berfantasi kalau itu nyata...
Cinta: Mmm...boleh tahu sejak kapan?
Rangga: Sejak kelar syuting yang pertama...
Cinta: God...why?! (KAGET, SENANG SEKALIGUS KECEWA) Kenapa kamu nggak pernah ngomong sih?
Rangga: Aku ga bisa ngomong...memangnya kenapa kalau misalnya aku ngomong?
Cinta: Michel....kamu gak peka banget sih....itu aktingku lebih jujur dari dunia nyata tau...maksudku...oh, shit...meski aku telah berkeluarga, 14 tahun ini aku tersiksa bila....ah....
Rangga: Nggak apa-apa Dean, bagiku itu tetap indah di dalam pikiranku kok, setidaknya di depan kamera aku bisa jujur...dan kisah yang kita mainkan ini...aku mainkan dengan perasaan-perasaan yang jujur...mungkin kalau tidak seperti ini, aku tidak tahu bagaimana caranya mencintai dengan tulus.
Itu sebabnya aku tidak pernah mengatakan padamu hingga hari ini. Entah kenapa, malam ini aku ingin mengatakannya.
Cinta: (MENANGIS)...Kamu tega...aku juga ngrasain hal serupa...tapi sudah terlanjur Michel...sudah...14 tahun aku benar-benar melakukan hal bodoh.
Rangga: Aku juga demikian...tapi ya inilah, Dean, tidak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Mungkin karena tidak mendapatkannya inilah....aku masih bisa tetap berkarir sebagai aktor...sekedar untuk mencoba merasakan hal yang pernah aku rasakan, meski tak benar-benar demikian...
(PERLAHAN LAMPU PANGGUNG MEREDUP, MUSIK JAZZ MASIH MENGALUN LEMBUT, SELESAI).
# # # # #
via pinterest.com
Di sebuah gang, seorang lelaki misterius menghadang Pak Jono
Lelaki: Permisi Pak, tolong berhenti sebentar...
Pak Jono: Ada apa ya mas...
Lelaki: Ada perlu dengan bapak...
Pak Jono: Masnya siapa ya?
Lelaki: Bukan siapa-siapa pak, tapi aku punya barang yang bagus dan pastinya bapak berminat...
Pak Jono: Maaf mas, saya sedang tidak ingin beli apa-apa...lagipula saya lupa tidak bawa dompet...
Lelaki: Nggak harus sekarang kok pak belinya...
Pak Jono: Maaf mas, saya nggak minat...
Lelaki: Baiklah, sebelum bapak pergi, tolong lihat vidio ini sebentar (menunjukkan video lewat hp)
Pak Jono: Dari mana masnya dapat video ini
Lelaki: Dari perbuatan bapak semalam...oke deh, bapak nggak minat kan, ya sudah, saya jual ke orang lain.
Pak Jono: Eh mas, tunggu dulu...saya tidak mau video itu diketahui publik...
Lelaki: Lalu apa yang akan bapak lakukan?
Pak Jono: Berapa harganya?
Lelaki: Mahal pak, tentu bapak tidak ingin beli...
Pak Jono: Jika ada jaminan kalau video itu tidak tersebar, saya akan beli.
Lelaki: Berapa yang bapak tawarkan?
Pak Jono: Berapa yang kamu minta?
Lelaki: Saya realistis aja dan pastinya bapak sanggup bayar
Pak Jono: Iya, katakan berapa?
Lelaki: 1 milyar...
Pak Jono: Wah, kamu itu mau memeras saya ya, nggak ada aku kalau uang segitu...
Lelaki: makanya, ya sudah saya pergi...
Pak Jono: Mas, tunggu mas...hei...awas ya, jangan macam-macam kamu sama saya, hari ini juga kalau saya mau bisa hilang kepalamu.
Lelaki: Saya tidak sendiri pak, begitu saya terluka atau mati entah kapan, maka vidio ini akan viral.
Pak Jono: Oke...oke...kita bicara lagi...
Lelaki: Apa lagi yang belum jelas?
Pak Jono: 500 juta bagaimana? Hari ini juga bisa aku kirim...
Lelaki: 1 milyar....
Pak Jono: Sial!
Lelaki: Mudah saja bagi bapak untuk dapat uang segitu...
Pak Jono: Baiklah...baik....lalu apa jaminan kalau vidio itu tidak akan viral?
Lelaki: Kepala saya. Bapak bisa foto wajah saya dan suruh orang bunuh saya kalau sampai vidio ini viral.
Pak Jono: Oke...deal...
Lelaki: Kapan saya dapat uangnya...
Pak Jono: Minggu depan baru aku bisa kirim uang segitu.
Lelaki: Oke, kirim ke nomer rekening ini. Saya tunggu. Lewat jam 12 malam, maka vidio ini akan terkenal tanpa seizin bapak.
Pak Jono: Oke...aku akan transfer...
Lelaki: Kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi bapak bupati. Senang berjumpa dengan anda pagi ini.
# # # # #
via pinterest.com
Di tepi jalan raya, empat orang sedang melakukan negosiasi setelah mengalami kecelakaan ringan.
Rino: Waduh, mbaknya gimana sih kok belok mendadak nggak pakai sign?!
Reni: Lho masnya ini yang gimana, nyalip kami kok dari kiri.
Budi: Lha mbaknya ini yang dari tadi naik motor udah pelan di tengah terus, kirain mau belok kanan, eh giliran mau disalip dari kiri malah minggir ke kiri. Punya sim nggak sih?!
Dina: Eh mas, aku tadi yang diboncengin temenku ini udah kasih aba-aba tangan ya! Enak aja!
Rino: Ya nggak bisa gitu mbak, udah terlalu dekat juga, ini rem juga udah mentog. Kalau dari jauh mbaknya udah kasih aba-aba mau ke pinggir kiri ya nggak mungkin aku nyalip dari kiri.
Reni: Ya udah, kalian maunya gimana?
Budi: Motor kami rusak nih bagian depannya!
Dina: Sama mas, motor kami juga rusak gara-gara masnya nabrak.
Budi: Ya kalau kalian nggak cekikikan di jalan nggak kayak gini nih. Udah naik motor ngawur nyalahin kami yang nabrak!
Reni: Lha iya, sekarang masnya ini maunya gimana?
Rino: Mau damai atau ke kantor polisi aja mbak?
Reni: Wah kalau ke kantor polisi motor kita bisa lama ketahan di sana mas, ya udah lah damai aja, betulin motor sendiri-sendiri!
Budi: Enak aja mbaknya ini, ya kami dong yang rugi! Kami minta ganti biaya betulin motor.
Dina: Lho kan masnya yang nabrak, harusnya kami dong yang minta biaya ganti betulin motor!
Rino: Ya udah deh dari pada ribet mending ke kantor polisi aja. Mbaknya punya sim nggak?
Dina: Nih mas aku punya sim...
Rino: Bukan kamu mbak, temenmu itu lho yang tadi di depan, ada sim gak?
Reni: Ada mas, tapi ketinggalan...
Budi: halah, alasan aja ketinggalan. Paling-paling nggak punya sim...udah bro kita ke kantor polisi aja, susah ngomong sama orang bego...
Reni: Wah jangan mas kalau ke kantor polisi, ini kami motornya pinjem...damai aja lah mas. Nggak kasian po sama kami?
Rino: Ya kalau gitu mbaknya gantiin biaya motor saya. Paling ini nggak banyak mbak, cuma peleg sedikit bengkok. Kami nggak minta dibeliin baru kok, ini dibetulin bisa. Paling cuma habis 80 ribu.
Reni: ya udah deh mas, kita ke bengkel dulu.
Budi: Itu lho di depan kayaknya ada bengkel. Ke sana aja yuk.
Rino: Deal nggak ini mbak kalau mbaknya yang bayarin ongkos bengkel?
Reni: Ya udah lah mas, nggak apa-apa kalau Cuma segitu ongkosnya, kirain sampai ratusan ribu...terus terang aku lagi nggak ada duit kalau banyak biayanya mas, belum betulin motor yang ini..
Rino: Oke lah mbak, yuk ke bengkel depan aja, sambil nunggu motor dibetulin, kita makan aja dulu ntar cari warung deket situ, saya yang bayarin, biar sah damainya.
Soalnya betulin kayak ginian agak lama. Daripada kita semua masuk angin, mending sambil makan aja. Deal?
Reni: Oke mas.
Budi: Mbak satunya oke nggak?
Dina: Oke lah, asal di warung jangan marah-marah lagi...
Budi: ya nggak lah mbak, yang tadi itu kan karena emang lagi panas, kalau udah ya udah, ngapain juga marah-marah mulu.
Eh Rin, itu kayaknya ada tulisan Sate Kambing di dekat bengkel, situ aja yak?! Mbak-mbak ini mau kan makan kambing?
Reni: Kambing? Kalau udah jadi sate mau mas, hahaha...
Budi: Hahaha...
Dina: Kalau dibeliin kambing hidup mau mas, hahaha, ntar bisa tak jual.
Rino: Hahahaha! Oke deh, berangkat!!!
# # # # #
via bantulkab.go.id
Berikut ini merupakan contoh potongan adegan percakapan drama negosiasi dengan 5 orang tokoh cerita.
BABAK 4
SETTING CERITA DI RUANG TAMU PAK LURAH. MALAM HARI. PAK LURAH, PAK DUKUH, DAN PAK HAJI SEDANG RAPAT DENGAN DUA TAMU DARI PABRIK SEMEN, PAK HASAN DAN MBAK LINDA.
Pak Lurah: Jadi begini, pak dukuh, pak haji, malam ini saya mengundang bapak-bapak sekalian karena memang akan ada pembicaraan dengan dua tamu kita ini, pak Hasan dan mbak Linda selaku pihak yang rencananya akan membangun pabrik semen di bukit desa kita.
Wacana ini sudah didengar oleh warga, sebagian ada yang menolak dan sebagian lagi setuju.
Nah, pak Hasan dan mbak Linda ini akan sosialisasi terlebih dahulu dengan kita sebelum nantinya kita akan membantu untuk mensosialisasikan kepada warga.
Pak Hasan: Terimakasih pak lurah, selamat malam pak dukuh, pak haji, perkenalkan saya Hasan dan ini wakil saya, Linda.
Kami inilah yang nantinya akan memulai proyek pembangunan pabrik semen di bukit desa.
Untuk itulah, pertama-tama saya sowan dahulu kepada pak lurah, pak dukuh dan pak haji selaku pemimpin dan sesepuh desa sekaligus kami memohon nasehatnya.
Pak Dukuh: Kalau boleh tahu, rencana pihak pabrik ini nantinya bagaimana ya pak Hasan?
Pak Hasan: Untuk itu, mbak Linda akan menjelaskan rencana garis besarnya pak. Silahkan Linda...
Linda: Jadi kalau rencana ini berjalan lancar, pada bulan depan kami akan memulai meletakkan batu pondasi pertama pembangunan pabrik semen di bukit desa.
Tentu proyek ini akan sangat membutuhkan banyak tenaga kerja.
Kami rencananya akan mengutamakan warga desa ini sebagai pekerja dengan upah kerja yang berbeda dengan pekerja lainnya.
Maksudnya, warga asli desa sini yang bekerja di proyek pembangunan pabrik akan memperoleh upah lebih tinggi pada masing-masing jabatannya jika dibandingkan dengan pekerja lain yang mungkin berasal dari luar desa ini.
Proyek pembangunan ini akan dikerjakan selama kurang lebih tiga tahun dan setelah itu pabrik akan mulai beroperasi.
Tentunya, kami juga membutuhkan banyak karyawan. Kami juga memprioritaskan warga sini untuk menjadi karyawan tetap dengan gaji dan tunjangan penuh plus uang pensiun selama 30 tahun bila sudah pensiun, sementara karyawan lain barangkali akan berstatus karyawan kontrak atau lainnya.
Yang jelas, kami mengutamakan kesejahteraan warga desa sini pak.
Pak Haji: maaf, kalau boleh saya menyela. Bukankah pembangunan pabrik semen ini sama artinya dengan mengolah semua material di bukit untuk dijadikan semen ya mbak? Pak? Lalu bagaimana dengan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan? Bagaimana nasib para petani kedepannya?
Pak Hasan: Semua pabrik semen akan seperti itu pak, tetapi kami akan sangat berhati-hati dalam melakukan pengolahan sehingga polusi yang akan ditimbulkan sangat minimal karena rencananya kami akan mengunakan mesin dengan teknologi terbaru
Untuk itulah, kami berharap seluruh warga sini berkenan bekerja di pabrik atau dengan kata lain, banting setir profesinya pak. Yang dulunya menjadi buruh tani akan menjadi karyawan.
Mungkin akan muncul pertanyaan demikian, kan nggak semua orang memenuhi syarat sebagai karyawan pabrik? Kemampuannya bagaimana?
Oleh karena itu, kami akan memberikan training khusus untuk semua warga sini yang berminat menjadi karyawan. Tentunya kan warga juga masih punya tanah yang bisa diolah sekalipun menjadi karyawan pabrik pak, sehingga kesejahteraan warga justru akan terjamin.
Pak Haji: Maaf saya bertanya lagi ya pak...bukankah kalau sudah berdiri pabrik nantinya akan ada lahan warga yang kena gusur ya, itu bagaimana nantinya?
Linda: Tentu kami menyiapkan uang ganti rugi yang lebih dari cukup untuk lahan warga yang tergusur pak. Kami juga menyediakan pilihan penggantian, yakni berupa uang, tanah, atau rumah di area desa lain yang tidak dijadikan sumber material semen.
Pak Hasan: Untuk itulah, memang diwilayah lain banyak kasus serupa penolakan pabrik semen dengan berbagai macam isunya tersendiri sehingga barangkali warga sini juga merasakan kekhawatiran serupa.
Tapi sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pembangunan pabrik ini kok pak, justru pabrik ini harus ada mengingat pembangunan negara kita ini tetap membutuhkan semen.
Pihak kami memilih bukit desa karena kami menilai bahwa bukit tersebut kurang produktif untuk area pertanian namun sangat bagus dan kaya material bahan semen berkualitas unggul.
Pak Lurah: Kalau saya sih setuju saja desa ini dibangun semen karena dengan demikian desa ini bisa jadi maju. Namun kan saya tidak bisa memutuskan sendirian, saya butuh pendapat para warga dan para tokoh masyarakat desa.
Pak Dukuh: Kalau saya juga setuju pak, namun saya juga tidak bisa memungkiri masih khawatir dengan sebagian warga yang menolak pabrik semen ini di bangun.
Pak Haji: Ini sebuah dilema...di satu sisi kita butuh, namun di sisi lain ada kekhawatiran akan rusaknya lingkungan.
Namun jauh dari persoalan warga sini, saya malah sangat mengkhawatirkan pergolakan yang terjadi di desa lain yang letaknya di bawah desa ini.
Ibaratnya mereka tidak dapat buahnya, tapi dapat getah dan sampahnya...para petani desa sebelah khawatir stok air akan hilang seandainya pabrik semen ini dibangun.
Siapa yang akan menyelesaikan masalah tersebut dan apa jaminan keamanan bagi kami terhadap serangan dari pihak tertentu?
Pak Hasan: Tentu kami juga sudah memikirkan hal tersebut dan kami sudah memikirkan langkah-langkahnya, yang jelas kami pasti akan meredam segala bentuk ancaman dari pihak desa lain kepada warga desa sini.
Ya mau bagaimana lagi pak, kami memang pihak swasta, namun pabrik ini merupakan kehendak dari pemerintah sehingga mau tak mau, cepat atau lambat, pasti akan dibangun juga.
Pak Lurah: Saya punya usul begini, dalam waktu dekat pihak perencana pabrik harus mensosialisasikan terlebih dahulu tentang segala rencana pembangunan pabrik semen dan prospek kedepannya untuk kesejahteraan warga, dan setelah itu kami warga desa akan secara interen melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk memberikan respon yang terbaik.
Tentu harapan saya semua ini berjalan lancar dan aman.
Pak Dukuh: saya sepakat pak lurah, tidak bisa kalau hanya pejabat desa yang memutuskan, warga harus ikut terlibat dan tahu secara langsung.
Pak Haji: Saya juga sependapat dengan pak lurah, biar kami dapat info lengkapnya dulu, lalu kami melakukan rapat intern dengan warga.
Pak Hasan: Persis seperti ini yang kami harapkan bapak-bapak, jadi kami pada pertemuan malam ini mengharapkan bantuan bapak untuk koordinasi pertemuan pihak pabrik dengan warga. Tentu semua biaya kami yang akan tanggung.
Kalau boleh tahu, baiknya kapan ya sosialisasi ini akan dimulai?
Pak Lurah: Nah, itu saya dan pak dukuh dan pak haji serta pejabat desa dan tokoh desa lainnya akan berembug dahulu untuk rencana koordinasi pak. Saya usahakan secepatnya.
(TIBA-TIBA SI KOMANG ANAK PAK LURAH BERTERIAK-TERIAK DARI LUAR DAN MASUK KE DALAM RUMAH)
Komang: Pak...gawat pak....warga desa sebelah berbondong-bondong mau datang kesini!!! Mereka ngamuk!!! Mereka tahu kalau pihak pabrik datang ke sini!!!!!
FADE OUT, MUSIK TEGANG MULAI MENGISI SUASANA, DALAM KEADAAN GELAP TERDENGAR SUARA WARGA YANG BERTERIAK MARAH DAN MENOLAK PEMBANGUNAN PABRIK!!!
BABAK 5
# # # # #
Nah, teman-teman, demikianlah penjelasan dan contoh-contoh teks negosiasi dengan berbagai jenis tema dan bentuk, siapa tau ada yang mau belajar juga tentang contoh teks eksplanasi atau contoh teks eksposisi bisa cek post sebelum ini.
Semoga artikel ini berguna ya. Sampai jumpa pada artikel kami lainnya.