Contoh Cerpen Lucu - Halo teman-teman, kali ini aku akan membagikan contoh-contoh cerpen lucu yang akan bikin kamu ngakak sampai sakit perut.
Tanpa berpanjang lebar lagi, simak contoh-contoh cerpen terlucu selengkapnya dalam artikel berikut ini.
pinterest.com
Di sebuah penjara, dua orang narapidana yang kebetulan di tempatkan dalam sebuah sel sedang bercakap-cakap.
Napi yang satunya, Ajib Bin Atang, merupakan tahanan yang telah mendekam dalam ruangan itu selama 15 tahun, sementara yang satunya, Jupri, merupakan narapidana baru.
Tentu saja Ajib sangat penasaran dengan kejahatan yang dilakukan oleh Jupri karena tahanan itu merupakan tahanan khusus untuk narapidana yang mendapatkan hukuman penjara seumur hidup.
Maka, Ajib mulai menanyai Jupri dengan gaya yang khas sebagai penguasa ruangan, “Heh, ente siapa namanya?”.
Jupri sebetulnya merasa takut dengan Ajib karena perawakan Ajib lebih mirip siluman dibandingkan manusia.
Dengan agak gementar Jupri menjawab, “ Nama saya Jupri pak…” Jawab Jupri dengan perasaan yang tidak nyaman karena ia membayangkan hal yang tidak-tidak seperti yang sering ia lihat di film.
“Kenalin, nama gue Ajib. Gue udah nongkrong sendirian di sini 15 tahun. Akhirnya ada juga yang di tahan di sini. Mulai sekarang kita satu ruangan. Jangan sungkan-sungkan.” Kata Ajib yang mulai sedikit ramah karenaia melihat Jupri takut padanya.
“Terimakasih pak” Balas Jupri yang sedikit agak lega.
“Kalau boleh tahu, kenapa ente masuk penjara sini? Soalnya penjara sini bukan untuk sembarang orang. Bukannya nyombong ya, gini-gini gue teroris. Dulu tapi. Gue belum sempat ngledakin apa-apa, tapi gue udah bikin banyak bom yang dipakai buat ngledakin di banyak tempat. Nah, mestinya ente juga teroris kan? Ente jihat dibawah bendera mana?”
Tanya Ajib bersemangat karena selama ini ia tidak pernah ngobrol dengan siapapun.
“Ee…saya bukan teroris pak…” Jawab Jupri.
“Ah, nggak usah merendah lah, nggak mungkin bukan teroris masuk sini. Atau jangan-jangan ente psikopat? Atau pembunuh?” tanya Ajib penasaran.
“Bukan pak, sumpah, saya ini cuma maling motor…” Jawab Jupri jujur.
“Sudahlah bung, ente ini nggak usah malu-malu. Kita bakalan mendekam di sini selamanya, jadi cerita-cerita aja biar nggak bosen nunggu mati” Balas Ajib.
“Bener pak, saya di sini karena awalnya mencuri motor…” Jawab Jupri.
“Kok bisa sih, lalu bagaimana? Sidangnya salah atau gimana?”
“Jadi begini ceritanya, Jupri mulai bercerita, “Sebenarnya saya tidak punya niatan sama sekali untuk mencuri. Saya belum pernah melakukannya sebelumnya. Tapi apa boleh buat, saya kehilangan pekerjaan karena PHK, padahal saya sudah terlanjur kredit rumah dan harus pula menckupi kebutuhan keluarga.” Jupri menghela nafas sambil mengingat-ingat kejadian apes yang menimpanya.
“Siang itu saya lewat di depan pertokoan, niatnya mencari kerja. Tapi kebetulan pada waktu saya jalan kaki, saya melihat ada sepeda motor yang kuncinya masih menggantung diparkir di tepi jalan. Tidak ada penunggu parkir dan tidak ada orang lain selain saya yang ada di pinggir jalan itu. Ya sudah, tiba-tiba terbersit niat mencuri. Saya curi motor itu.” Ajib mendengarkan cerita Jupri sambil manggut-manggut.
Jupri melanjutkan, “Bagaimanapun juga saya sangat panic dan takut, saya bawa motor itu kencang-kencang. Sialnya di tengah jalan saya menabrak pengendara motor lain yang menyeberang tiba-tiba. Motor yang saya tabrak tidak langsung jatuh tapi kehilangan kendali. Yang paling menegangkan, dari arah berlawanan ada sebuah truk tanki solar yang ngebut. Bapak tahu apa yang terjadi kemudian?”
“Apakah kemudian truk tanki itu melindas motor yang kamu tabrak hingga pengemudianya mati?” tanya Ajib.
“Tidak demikian pak, truk itu banting setir, pengendar motor selamat meski akhirnya jatuh menabrak trotoar.” Jawab Jupri.
“Terus kamu gimana?” Tanya Ajib
“Saya jatuh di tempat dan hanya bisa bengong lihat kejadian itu.” Jawab Jupri
“Kamu nggak kabur bawa motor?” Tanya Ajib.
“Nggak, motornya rusak dan saya di tolong orang di sekitar sana” Jawab Jupri.
“Lalu apa yang membuat kamu dipenjara di sini? Tanya Ajib.
“Truk yang banting setir tersebut kehilangan kendali dan menabrak restoran lalu meledak. Korban meninggal 30 orang, luka-luka 65 orang, rumah terbakar di sebelah restoran ada 3 unit. Lalu ada lagi 15 mobil parkir yang terbakar dan 25 sepeda motor ikut lenyap kena ledakan. Dan akhirnya saya di sini.” Jawab Jupri polos.
tripadvisor.com
Pada suatu hari Trimo mengajak istrinya jalan-jalan ke Jakarta.
Trimo ini adalah orang kampung yang mendadak kaya karena baru saja menemukan harta karun yang terpendam di belakang rumahnya ketika ia menggali tanah hendak membuat jamban.
Begitu menjadi orang kaya, Trimo mendadak berubah menjadi sombong dan suka menghambur-hamburkan uang untuk belanja yang tidak perlu.
Tujuannya hanya satu, yakni pamer kepada tetangganya. Maklum, selama ini Trimo selalu dihina-hina karena miskin dan bodoh.
Sesampainya di Jakarta, Trimo dan istrinya jalan-jalan ke mall-mall, ke toko-toko perhiasan, ke tempat-tempat hiburan dan yang terakhir, sebelum ia pulang lagi ke kampung untuk memamerkan hasil belanjaannya di Jakarta, Trimo dan istrinya menyempatkan diri untuk makan di restroran internasional.
Trimo dan istrinya terkagum-kagum dengan mewahnya restoran internasional itu. Terlebih, pengunjung yang makan di restoran itu kebanyakan adalah kalangan atas dan para bule yang sedang liburan atau memang tinggal di Jakarta sebagai expat.
Trimo dan istrinya memilih salah satu meja yang kosong dan memanggil pelayan.
“Pelayan, tolong ke sini.” Trimo mencoba memanggil pelayan.
Selang beberapa saat kemudian seorang pelayan datang sambil membawa buku menu. Sayang sekali, semua menu yang ada di buku tersebut tertulis dengan menggunakan bahasa inggris.
Sebenarnya Trimo tidak mengerti sama sekali dengan yang tertuliskan di sana, tapi karena gengsi, Trimo malu bertanya kepada pelayan. Lantas ia memesan dengan menunjuk menu yang ia tak tahu apa yang ia pesan sebenarnya.
Selang beberapa saat, sepasang bule datang ke restoran dan kebetulan duduk di sebelah meja mereka.
Bule itu memanggil pelayan dengan bahasa inggris dan memesan sesuatu dengan menggunakan bahasa inggris. Trimo minder sebenarnya dan sok akrab dengan senyam-senyum ketika bule itu melihat ke arah mereka.
Pesanan sudah datang, Trimo dan istrinya yang tengah kelaparan agak kecewa dengan suguhan pesanan mereka, yakni 2 porsi telur ceplok keju setengah matang dan dua gelas wine. Tentu makanan tersebut tak seperti yang mereka bayangkan.
‘Kalau cuma telur ceplok, istriku juga bisa bikin di rumah’ batin Trimo. Mau tak mau mereka makan telur yang sama sekali tak membuat perut mereka kenyang dan minum dua gelas wine yang mereka kira sirup strawberry.
Trimo dan istrinya batuk tersedak setelah tegukan pertama dan muka mereka langsung merah. Seluruh pengunjung langsung menoleh kearah mereka.
Trimo dan istrinya salah tingkah lalu memanggil pelayan lagi untuk memesan makanan baru. Tentu dengan cara yang sama dengan sebelumnya.
Tak lama kemudian pesanan bule di sebelah mereka sudah datang, daging steak dan lobster ukuran besar. Trimo sangat ingin makan makanan itu tapi apa daya ia tak tahu namanya.
Selang beberapa saat pesanan Trimo datang. Lagi-lagi Trimo dan istrinya kaget setelah melihat bahwa yang mereka pesan ternyata adalah tiga potong buncis dan irisan wortel yang disiram dengan saus tomat.
Apa boleh buat, mereka makan lagi makanan pesanan mereka dengan hati yang dongkol.
Tak lama kemudian si bule memanggil pelayan dan memesan makanan yang sama, bule itu berkata, “Again please”.
Trimo hanya melirik bule itu dan diam-diam menghafalkan kata yang barusan dibilang oleh bule kepada pelayan.
Makanan bule itu datang, steak daging dan lobster ukuran jumbo.
Akhirnya Trimo tahu apa yang harus ia katakana kepada pelayan agar mendapatkan makanan yang sama.
Lalu Trimo memanggil pelayan dan berkata dengan lantang agar semua pengunjung tahu kalau ia bisa berkata dengan bahasa Inggris, “Again please, again please!”
Lalu pelayan itu datang membawakan makanan yang sama dengan yang dipesan Trimo sebelumnya.
Trimo marah besar dan berkata dengan lantang pula, “Kamu ini gimana sih, kok kasih makanan yang sama, kan aku pesan makanan ‘again please!’, kamu itu ngerti nggak sih!”.
Semua orang melihat ke arah mereka karena suara Trimo sangat keras khas orang desa. Pelayan itu syok dan tidak bisa berkata-kata.
pinterest.com
Mereka adalah lima sahabat; Bejo, Paidi, Paimo, Udin, dan Dulah yang sejak kecil selalu bermain bersama.
Mereka tinggal di sebuah kampung yang sangat jauh dari kota.
Di kampung itu, hampir seluruh warganya merupakan warga yang kurang mampu secara ekonomi, betapa tidak, tidak seorangpun dari kampung tersebut yang memiliki rumah berdinding tembok beton, semua rumah berdinding anyaman bambu yang di cat putih dengan endapan gamping.
Mulai dari kecil hingga remaja,lima sahabat itu tidak pernah tidak main bareng dan nongkrong bareng.
Hanya saja, mereka berlima memiliki kebiasaan buruk, yakni ngintip rumah orang.
Apa yang diintip? Tentu saja adalah orang yang sedang memadu kasih. Mereka mengintip dari celah-celah anyaman bambu. Bahkan, mereka tak segan-segan membuat lubang kecil di dinding bambu yang mereka jadikan target.
Sejauh ini mereka tidak pernah ketahuan karena mereka mengintip dari luar yang gelap gulita sementara yang mereka intip adalah ruangan dengan cahaya remang-remang (biasanya lampu kuning 5 watt atau lampu minyak).
Malam itu tidak semulus hari-hari yang telah berlalu. Sebelum berangkat ‘nonton bareng’, mereka selalu nongkrong dulu di warung kopi untuk menunggu ‘jam tayang’ sambil menyusun rencana jahat mereka.
“Target nanti malam oke lho, pengantin baru. Pasti seru dan lucu” kata Bejo mengawali percakapan jahat mereka.
“Sip lah. Lagian tadi siang aku sudah survey, kamar mereka berada di bagian belakang paling pojok utara. Tadi sore pas cari rumput di belakang rumah mereka, aku sudah bikin satu lubang kecil. Nanti kita gentian aja soalnya dindingnya rapet banget.” Ujar Paidi riang karena ia merasa telah berjasa untuk aksi mereka nantinya.
“Setangah jam lagi nih.” Kata Paimo yang bertubuh paling gendut diantara mereka berlima.
“Kalau begitu berangkat aja yuk, nanti pas sampai sana sudah waktunya jam tayang” Kata Dulah.
Udin, yang paling pendiam diantara mereka hanya manggut-manggut saja. Dia memang sangat jarang ngomong. Paling hanya senyum-senyum, ikut ketawa, atau manggut-manggut kalau pas nongkrong dengan kawan-kawannya.
Lalu mereka berangkat bersama ke rumah korban. Mereka berjalan kaki menyusuri sawah sambil bawa senter kecil dan ember untuk pura-pura mencari bekicot.
Sesampainya di rumah korban, mereka berlima mengendap-endap ke belakang rumah.
Paidi berada di barisan paling depan karena ia yang tahu di mana lubang kecil yang telah ia buat sebelumnya. Paidi mulai mengintip untuk memastikan apakah tayangan sudah dimulai apa belum, sementara keempat kawannya menunggu di belakangnya.
Paidi masih asik melihat melalui lubang kecil yang ia buat.
Kawan-kawannya sudah tidak sabar untuk tahu apakah tayangan sudah dimulai atau belum.
Bejo menepuk pundak Paidi dan berbisik, “sudah belum”.
Paidi menjawab, “sttt…belum mulai”.
Tapi Paidi masih asik melihat dari lubang itu.
Kawan-kawan Paidi mulai curiga dan makin penasaran, jangan-jangan Paidi berbohong dan serakah ingn ngintip sendiri.
Lantas Dulah menarik-narik sarung Paidi dan berbisik, “sudah belum?” Paidi menjawab, “Ssstt…bentar lagi mulai, sabar.”
Jelas saja mereka berempat tidak sabar. Betapa tidak, di belakang rumah itu mereka di keroyok oleh nyamuk-nyamuk ganas dan semut merah.
Akhirnya Bejo menggeser tempat Paijo mengintip karena saking penasaran dengan apa yang terjadi di dalam rumah.
Paijo agak marah dan ingin menggeser balik si Bejo, namun Dulah mendahului dan disusul kemudian oleh Udin.
Mereka berlima saling geser dan saling dorong karena penasaran dengan yang akan mereka saksikan. Maklum, pengantin baru wanita yang akan mereka intip merupakan kembang desa yang cantik luar biasa.
Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu hari akan jatuh juga. Pepatah ini berlaku untuk mereka berlima; sepandai-pandainya mereka mengintip akhirnya akan ketahuan juga.
Sewaktu mereka berlima saling menggeser, mendorong, dan menindih, mereka lupa kalau dinding rumah itu adalah dinding bambu yang rapuh.
Yang terjadi selanjutnya, dinding tempat mereka mengintip jebol dan mereka berlima terjerembab jatuh ke dalam kamar.
Pasangan pengantin yang sedang pemanasan itu kaget setengah mati dan berteriak keras-keras, lima sahabat itu juga ketakutan setengah mati dan berteriak tak kalah keras sambil tergopoh-gopoh melarikan diri lewat dinding bambu sialan yang jebol itu.
Mereka berlima lari tunggang langgang secepat kuda kusurupan.
Mereka tidak peduli apakah beling atau duri yang sudah mereka injak, mereka tidak peduli sudah jatuh berapa kali ke sawah, yang jelas semakin cepat jauh dari rumah itu maka mereka aman. Mereka tidak mau dapat masalah karena perbuatan mereka.
Setelah jauh dari rumah korban itu, mereka berlima tertawa terbahak-bahak sambil mengumpat atas kesialan mereka.
Untungnya pasangan pengantin baru yang mereka intip (karena saking kaget dan takut) lupa dengan wajah mereka berlima dan selamatlah mereka berlima dari kejadian memalukan itu.
Hari-hari berikutnya, mereka masih sesekali melakukan hobi terkutuk itu meski tidak sesering dulu hingga tiga tahun kemudian, tibalah giliran Bejo, satu-satunya diantara mereka berlima yang berhasil menikah duluan.
Pesta perkawinan berlangsung lancar, empat sahabat bejo memberi selamat di panggung pelaminan.
Mereka berfoto bersama dan sebelum keempat sahabatnya tersebut turun, Bejo berpesan, “Kalau kalian berani ngintip, maka persahabatan kita selesai” Bejo mengancam sambil tersenyum.
Udin yang pendiam itu, ajaibnya, menjawab Bejo, “Tentu tidak mungkin sob, kita sahabat sampai mati, tak mungkin lah kami ngintip kamu.”
Lain di mulut jelas lain di hati. Tentu saja selain karena sirik karena Bejo berhasil menikah duluan, keempat kawan Bejo ini sangat penasaran dengan malam pertama yang akan dilalui oleh Bejo.
Maka sore hari sebelum beraksi, seperti biasa Paijo telah membuat lubang di dindin bambu kamar Bejo. Paijo sangat paham bagian mana yang harus dilubangi dan menjadi sudut yang paling pas untuk nonton bareng.
Malam hari telah tiba, waktunya untuk berangkat gerilya. Mereka berempat mengendap-endap dibelakang rumah Bejo dengan kewaspadaan yang sangat ekstra karena bagaimanapun juga yang mereka intip adalah salah satu jagoan ngintip yang telah berpengalaman bertahun-tahun.
Seperti biasa, Paijo mengintip duluan. “Bagaimana Jo?” bisik dulah. “Belum Dul, istri Bejo baru ganti baju, Bejo baru pamit pipis kayaknya.” Jawab Paijo sambil berbisik.
“Gantian ah” kata Paimo penasaran ingin melihat istri Bejo. Lantas mereka bergantian mengintip istri Bejo sambil menunggu kapan Bejo akan beraksi.
Tapi semakin lama mereka menunggu, Bejo tak juga kembali dari kamar mandi.
“Kok lama ya, udah mulai belum Din?” Kata Paimo kepada Udin yang sedang ngintip. Udin hanya menggelengkan kepala. “Sini gantian” sahut Dulah.
“Eh, ada yang lucu itu” Bisik Dulah sambil mengintip.
“Apanya? Sudah mulai?” Kata Paijo penasaran.
“Belum, tapi istri Bejo sedang melakukan sesuatu”. Sontak mereka berempat kembali berebut bergantian (mereka sudah terlatih dan tak akan mengulang hal sama kayak dulu) mengintip sambil cekakak-cekiki.
Lagi asik-asiknya ngintip istri Bejo, mereka tak sadar ada seseorang dibelakang mereka tiba-tiba nimbrung ikut ngintip.
“Sudah mulai belum?” Kata orang itu dibelakang mereka berempat.
“Belum” jawab Dulah yang giliran mengintip. Lalu mereka berempat menyadari sesuatu dan menengok kebelakang; Bejo!
Saking kagetnya mereka berempat oleng kebelakang dan menimpa dinding bambu kamar bejo.
Tentu saja dinding itu tak kuat menahan berat mereka berempat (terutama gara-gara Paimo yang super tambun) dan akhirnya jebol.
Istri Bejo sangat shock dan langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.
Keempat sahabat brengsek itu jatuh kelimpungan namun masih menyempatkan diri melihat istri Bejo yang gelagapan menutup tubuhnya dengan selimut.
“Ampun Jo….” Mereka berempat lari tunggang langgang.
Bejo tertawa terbahak-bahak merasa menang. Istri Bejo marah besar melihat kelakuan sahabat Bejo dan terutama melihat kebodohan Bejo sehingga malam pertama Bejo gagal total dan sang Istri minta dipulangkan ke rumah orang tuanya.
Begitulan, mereka berlima sekali lagi mengalami nasib sial!
pinterest.com
Jono adalah seorang murid kelas 2 SMA.
Ia boleh dibilang sebagai anak gaul, suka nongkrong, suka dandan necis, suka nge-band, membolos, dan merokok.
Entah mengapa ketika ia melakukan hal-hal tersebut ia merasa sangat keren terutama bila berhadapan dengan perempuan.
Padahal, banyak anak perempuan yang sekolah di SMA tersebut alergi rokok. Apapun itu, Jono tetap menikmati dirinya sebagai anak ‘nakal’.
Hari itu hari senin dan seperti biasa setiap senin akan diadakan upacara bendera yang dimulai pukul 7 pagi dan selesai sekitar pukul 8 atau lebih. Kemudian, pelajaran akan di mulai pada pukul 9 pagi.
Jono dan beberapa teman-teman nongkrongnya tentu malas mengikuti upacara. Maka mereka memilih untuk nongkrong di warung kopi yang tak jauh dari sekolahan itu.
Setiap senin mereka selalu menitipkan motor di warung kopi tersebut dan ketika waktu sudah menunjukkan pukul setengah Sembilan, mereka bersama-sama berjalan kaki menuju belakang sekolah, memanjat tembok dan masuk kelas.
Sebetulnya bagian atas dari tembok itu telah dipasangi pagar berduri, tapi karena ulah anak-anak nakal di sekolah itu yang tergabung dalam aliansi tukang bolos, pagar duri itu di potong di salah satu bagian tempat mereka sering memanjat.
Tak lupa mereka juga membuat beberapa lubang di tembok luar sekolah untuk memudahkan mereka memanjat.
Hari itu Jono dan teman-teman sedang apes.
Mereka bergiliran satu-persatu memajat tembok belakang sekolah dan melompat turun. Tumben sepi sekali mereka melakukannya.
Ternyata oh ternyata, ada seorang guru yang menunggu di balik tembok dan menyuruh mereka yang sudah masuk duluan untuk diam dan berbaris di sana.
Terakhir adalah giliran Jono, si keren yang sok bandel, ia memanjat sambil masih menyalakan rokok di bibirnya. Tentu saja ia ketangkap basah membolos plus merokok di lingkungan sekolah.
Bila yang lain hanya kena hukuman lari lapangan basket 2 kali, Jono harus ikut pula ke ruang bimbingan konseling.
Di ruangan itu hanya ada Jono dan pak guru BK yang sangat galak dan di takuti lantaran tubuhnya yang tinggi, besar, hitam, sekaligus pelatih karate di sekolahnya.
Guru itu mulai memarahi Jono, “Kamu itu mau jadi jagoan ya di sekolah! Sudah jelas di sini ada larangan merokok masih saja kamu langgar. Kamu itu mau belajar jadi anak terdidik atau mau belajar merokok? Kalau mau belajar merokok ya jangan tanggung-tanggung, sini bapak ajari. Habiskan rokok itu!
Pak guru itu menyodorkan sebungkus rokok kretek kepada Jono.
Jono hanya diam saja dan ragu-ragu untuk merespon hukuman pak guru tersebut.
“Kenapa malah bengong, hayo habiskan rokok itu” pak guru mulai bersuara lagi.
Jono akhirnya memberanikan diri membuka bungkus rokok tersebut, mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Ia menghisap rokok tersebut lalu menghembuskan asapnya.
Lantas pak guru menegurnya, “Kenapa kamu keluarkan asapnya! Telan! Jangan sampai kamu mengeluarkan asap rokok yang kamu hisap!”
Jono mencoba menelan asap rokok itu, ia terbatuk-batuk saat melakukannya, mukanya merah padam dan matanya berair.
“Jangan berhenti. Telan asap rokok itu! Jadi perokok jangan tanggung-tanggung, kamu harus bisa melakukannya.” Jono memaksakan diri sekali lagi dan masih terbatuk-batuk.
“Dasar amatir sok jago! Masih saja batuk-batuk kok berani-beraninya gaya-gayaan merokok di sekolah! Lakukan dengan benar” Bentak pak guru.
Satu batang telah habis. Akhirnya Jono berhasil menelan asap rokok itu dan lega karena mungkin hukuman akan berakhir.
Ternyata tidak, “Ambil satu lagi” perintah pak guru.
Jono menghabiskan satu batang lagi, “sudah selesai pak” kata Jono lemas, dadanya sesak dan perutnya panas.
“Selesai apanya, itu masih ada 10 batang di bungkus rokoknya. Habiskan baru kamu boleh masuk kelas.”
Mau tak mau Jono menuruti perintah gurunya. Dengan pelan-pelan ia mencoba keras menghabiskan satu bungkus rokok kretek dari gurunya. Baru sampai 7 batang rokok, perut Jono kesakitan.
“Sakit perut pak” Ujar Jono.
“Halah jangan banyak alasan” bentak pak guru.
Pada waktu yang bersamaan, guru seni musik perempuan yang menjadi idola di sekolah karena kecantikannya, sekaligus karena ibu guru itu masih lajang, masuk ke ruangan BK untuk mengantarkan dokumen.
“Selamat pagi…oh, sedang ada pasien ya pak?” Sapa bu guru cantik itu.
“Biasa bu, anak bandel minta pelajaran tambahan.” Ujar pak guru.
Jono sangat tidak nyaman dengan perutnya. Tak tahan ia dengan perutnya terlebih karena kedatangan orang lain di ruangan itu.
Saking tidak kuat menahan sakit, akhirnya Jono menyerah, ia keluarkan lepas bebas kentut dari dalam perutnya yang sejak tadi terasa panas.
Kentut Jono bukan kentut biasa, tak hanya bunyinya yang keras dan panjang namun kentut itu disertai banyak asap dan bau bangkai terbakar.
Mendadak ruangan itu penuh dengan asap dan bau bangkai gosong yang keluar dari celah-celah celana Jono.
Bu guru cantik buru-buru keluar ruangan sambil muntah-muntah, pak guru galak menyusul setelahnya.
Jono juga berlari kecil keluar ruangan sambil memegangi pantatnya dengan sisa sedikit asap yang keluar dari celananya.
“Astaga Jono, apa pula kentut kamu ini! Apakah kentutmu selalu seperti ini?” tanya pak guru keheranan.
“Maaf pak, baru kali ini kentut saya berasap. Mungkin karena saya menelan banyak sekali asap rokok maka kotoran dalam perut saya jadi terlalu matang dan hangus, jadi baunya seperti ini pak.” Jawab Jono polos sambil menangis malu.
# # # # #
Nah teman-teman semua, demikianlah beberapa cerita pendek lucu yang bisa aku bagikan dalam artikel ini. Semoga cerita-cerita tersebut bisa mengibur kalian yak.
Jika kalian masih tertarik dengan teks-teks lucu dan singkat, teman-teman juga bisa baca artikel contoh teks anekdot singkat atau cerita anekdot sindiran. Akhir kata, sampai jumpa pada artikel lainnya.