Cerita Anekdot Sindiran - Artikel ini berisi contoh-contoh cerita anekdot sindiran terbaru yang sangat menarik dan dilengkapi dengan bagian-bagian strukturnya sehingga memudahkan kamu untuk membaca dan mempelajarinya.
Tentunya, contoh-contoh cerita anekdot sindiran dalam artikel ini merupakan teks anekdot yang menyindir persoalan-persoalan baru-baru ini sehingga tak rugi bila kamu membaca selengkapnya.
Anekdot identik dengan sindiran meski tidak sepenuhnya demikian, namun dari berbagai jenis karya anekdot, sebagian besar dari karya tersebut merupakan teks sindiran untuk pihak-pihak tertentu, tokoh-tokoh tertentu atau fenomena tertentu yang sekiranya luput dan salah kaprah sehingga merugikan atau meresahkan banyak orang.
Teks anekdot itu sendiri bisa dimaknai sebagai cerita singkat yang menarik berdasarkan peristiwa nyata.
Teks anekdot selain khas sebagai sindiran juga khas sebagai lelucon meski teks anekdot tidak selalu lucu. Yang khas inilah kemudian yang dijadikan sebagai ciri anekdot.
Namun yang jauh lebih penting adalah bahwa teks anekdot haruslah teks yang berdasarkan peristiwa nyata; bisa dipahami sebagai teks fiktif yang merujuk pada fenomena-fenomena nyata yang telah beredar di sejumlah berita sehingga banyak orang mengetahuinya.
Nah, teman-teman, baiknya kita langsung saja pada contoh teks anekdot sindiran ya biar teman-teman mudah mempelajarinya.
Contoh-contoh yang dihadirkan dalam artikel ini merupakan contoh cerita anekdot yang telah disertai juga dengan analisis struktur sehingga kamu bisa lebih gampang memilah-milah bagian-bagian (abstraksi, orientasi, krisis, dan koda) dari keutuhan teks tersebut.
Simak contoh-contoh cerita anekdot sindiran berikut ini:
pinterest.com
Abstraksi:
Di suatu SMP, beberapa murid lelaki sedang mengintip di kamar mandi cewek. Ketika sedang asik-asiknya mengintip, dan di dukung oleh suasana sepi, mereka tidak sadar ada seorang guru yang kebetulan lewat dan akhirnya memergoki mereka.
Orientasi:
Diam-diam guru itu melangkah mendekat di belakang murid-murid nakal tersebut dan tak ada satupun dari mereka yang menyadari kedatangan guru tersebut.
Krisis:
“ehem…ehem…” guru itu berdehem untuk memberi tanda agar para murid nakal itu menghentikan aktivitas mereka.
“Ssttt…”balas salah satu murid memberi tanda agar tenang. Mereka belum menyadari kalau ada ibu guru cantik nan super galak yang sedang berdiri di belakang mereka.
“HEH, APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI!!!! Guru itu membentak mereka.
Jelas saja bentakan ibu guru itu membuat mereka kaget dan langsung menoleh kebelakang. Mereka hanya diam saja ketika melihat ibu guru cantik nan galak itu telah berdiri di depan mata mereka.
“Ngapain kalian di sini? Bukannya kalian seharusnya ada di kelas?” ibu guru mulai memberi percakapan pembuka sebelum menghukum mereka.
Tak ada satupun dari murid-murid nakal itu yang berani menjawab. Mereka hanya diam seribu bahasa sambil menundukkan kepala; menebak-nebak apa yang akan terjadi berikutnya.
“Baiklah, karena kamar mandi ini bau, kita pindah tempat. Kalian ikuti saya ke ruang BP.” Ibu guru itu menyuruh para murid untuk bergegas ke ruang BP sambil mengikuti dan mengawasi di belakang mereka. Tentu cara ini tidak bisa membuat mereka kabur.
Sesampainya di ruang BP, guru itu menanyai nama mereka satu per satu.
“Kalian semua anak-anak kelas 2D. Baiklah, beruntung kalian karena saya tidak mengajar di kelas kalian. Jadi, sebutkan nama kalian satu persatu!” Ibu guru menanyai nama mereka sambil mencatatnya.
“Budi bu”, “Slamet bu”, “Joko”, “Sandi”, “Irfan bu”, “Lukman”.
“Baiklah, sekarang ibu mau tahu kenapa kalian mengintip? Kamu Budi, Jawab!”suara bu guru yang pelan dan tajam itu bagaikan terror.
Mau tak mau Budi berkata jujur, “Saya hanya ikut-ikutan Slamet bu guru.” Jawab Budi polos.
“Kenapa kamu mengintip, Slamet?” Slamet kena giliran menjawab pertanyaan bu guru.
“Saya hanya ikut Joko bu guru.” Jawab Slamet pelan.
“Kamu Joko, kenapa mengintip?” Bu guru mulai sedikit emosi.
“Saya ikut Sandi bu guru…” Jawab Joko.
Kali ini bu guru mulai emosi. “Apakah kamu ikut-ikutan Irfan, Sandi?” Sandi mulai salah tingkah, “Mau nggak mau ya iya bu guru…”
“Baiklah, sekarang saya benar-benar marah, Irfan, cari alasan yang paling masuk akal dan bertanggung jawab!” tanya bu guru kepada Irfan sambil menatapnya dengan tatapan tajam.
“Ee…ee….saya…saya hanya ikut-ikutan pak Lukman guru olah raga bu guru…” jawab Irfan.
“Bohong, saya tidak melihat orang lain selain kalian yang mengintip!” Kali ini bu guru sangat marah.
“Maaf bu…saya tidak bohong. Awalnya kami duduk-duduk di mushola dekat kamar mandi karena jam kosong, dari dalam mushola kami bisa melihat keluar dan di luar ada pak Lukman dan salah satu murid perempuan masuk ke kamar mandi cewek barengan. Kami penasaran lalu kami keluar moshola dan melihat ke dalam kamar mandi cewek. Di dalam kamar mandi itu pak Lukman sedang mengintip ke dalam rok siswi yang tadi bersamanya. Jadi kami sebenarnya ikut-ikutan pak Lukman.” Jawab irfan polos.
Koda:
Bu guru cantik itu hanya bisa diam mendengar jawaban Irfan. Selang beberapa saat ia berkata, “Baiklah, aku tidak akan menghukum kalian, tetapi bisakah kalian merahasiakan hal ini?”! “Bisa bu guru” Jawab para murid nakal itu kompak, lalu mereka bergegas kabur ke kelas mereka.
pinterest.com
Abstraksi:
Suatu hari di gedung DPR diadakan sebuah rapat akbar yang membahas sebuah permasalahan serius.
Kasus korupsi yang melibatkan beberapa anggota DPR (dan gara-gara ketahuan) tentunya menjadi hal yang mendesak dan sekali lagi membuat nama DPR semakin buruk di mata rakyat.
Orientasi:
Berbeda dengan maling ayam atau sandal yang jikalau ketahuan bisa langsung dihukum, ini para pejabat tersebut berusaha mencari cara agar tidak mendapatkan hukuman seperti yang sudah-sudah: mumpung yang terlibat banyak, jadi masih ada sedikit harapan agar mereka yang terjerat kasus korupsi mendapatkan keringanan.
Demikianlah mental pejabat ini. Maka dalam rapat tersebut ketua DPR mulai berpidato untuk membuka rapat.
Krisis:
“Rekan-rekan semua, kita semua, akhirnya kita ketahuan juga terlibat kasus korupsi porsi jumbo yang sekian waktu yang lalu pernah kita lakukan.”
“Memang tidak semua dari kita melakukan namun karena yang kena sekali lagi adalah nama DPR, maka kasus ini adalah kasus kita dan saya anggap kita semua melakukannya.” Ketua DPR berdehem tiga kali lalu melanjutkan lagi pidatonya.
“Semalam saya terlah bersemedi untuk mendapatkan wangsit kira-kira langkah apa yang bisa kita tempuh agar masalah ini bisa diselesaikan dan menguntungkan ke dua belah pihak.”
“Saya juga telah konsultasi pada orang pintar dan terbersitlah sebuah ide, yakni kita akan mengajukan usul ke KPK, kepolisian, dan pemerintah tentunya, agar membebaskan kita bilamana kita ramai-ramai mengembalikan uang yang telah kita curi yang jumlahnya lebih dari 2 trilyun itu.”
Ketua DPR diam sejenak, mengusap keringat di dahinya, lalu menyeruput air putih di mejanya. Selang beberapa saat kemudian ia melanjutkan lagi pidatonya.
“Usulan ini saya cetuskan guna untuk melindungi kita semua dari ancaman penjara. Kalau kita tidak bersatu dan saling menolong, maka tentu masing-masing dari kita yang namanya telah tercatat terlibat korupsi akan mendapatkan masalah besar.”
”Sepertinya, negara akan berbaik hati kalau kita mengembalikan uang yang kita curi. Nah bagaimana pendapat forum mengenai hal ini?” ketua DPR mulai mengajak forum untuk berdiskusi.
Nobita, salah satu aggota DPR yang tidak terlibat kasus korupsi mulai angkat bicara,
“Maaf pak ketua, pidato bapak yang menggunakan kata ‘kita’ sebagai pelaku korupsi ini jelas menyinggung perasaan saya.”
“Biar sajalah mereka yang terlibat dihukum dengan hukuman setimpal. Lagian kan malah enak kalau dihukum, paling cuma berapa tahun sama denda yang nggak seberapa, tapi uang korupsinya tetap masuk kantong.”
Suneo yang terlibat kasus korupsi mulai angkat bicara,
“Saya sih setuju dengan usulan pak ketua. Gampang sih memenjarakan koruptor, tapi kan nggak gampang bagi negara nyari ganti hilangnya uang 2 trilyun buat biaya e-ktp.”
“Jadi lebih baik uangnya dikembalikan dan pelakunya diberi keringanan hukuman. Kalau bisa dibebaskan karena sudah berbuat jujur.”
Nobita mulai bersuara lagi,“Tapi kalau kayak gini terus ini tidak mendidik, ini akan jadi budaya buruk. Orang tidak akan kapok melakukan korupsi.”
“Enak sekali kalau ketahuan bisa dibalikin lalu nggak dapat hukuman, lha kalau nggak ketahuan brarti untung besar kan ya? Ini sama saja membudidayakan koruptor pak ketua!”
Suneo juga tak mau kalah berpendapat, “Tapi kan kalau nggak gitu uang e-ktp nggak balik! Jadi mendingan pelakunya mengembalikan uang dan dibebaskan. Itu saya kira solusi yang saling menguntungkan.”
Tiba-tiba sisuka, salah satu anggota DPR yang agak mabuk sabu-sabu, mulai mengeluarkan suara,
“Daripada kita semua ribut, usul saya gini aja deh pak ketua, rekan-rekan semua, bagaimana kalau kita pinjam alat Doraemon, mungkin ada alat penangkal korupsi.”
“Ide bagus!” Sahut Giant, si bodoh ya tidak tahu kalau Doraemon hanyalah tokoh film kartun dan tidak menangkap kalau sisuka hanya becanda.
“Mungkin ada alat pembuat lupa ajaib yang bikin semua orang melupakan masalah ini. Jadi kita semua nggak perlu dipenjara. Nggak apa-apa lah, toh duit negara masih banyak. 2 trilyun itu nggak seberapa!” lanjut Giant
Koda:
Ketua DPR (yang juga kurang tahu kalau Doraemon itu hanyalah tokoh film kartun) menengahi,
“Baiklah rekan-rekan semuanya, usul saudari sisuka ini ada benarnya. Besok saya akan plesir lagi ke Jepang guna menanyakan alamat Doraemon.”
“Saya sudah kehabisan ide untuk mengatasi masalah ini. Mudah-mudahan Doraemon ada di rumah dan mudah-mudaha di jepang teknologi semacam ini sudah dijual.”
“Sementara rapat saya tutup. Terimakasih atas nasehat rekan-rekan semua.”
pinterest.com
Abstraksi:
Suatu hari, setelah lolos seleksi ujian kerja, akhirnya tibalah saatnya bagi Budi untuk wawancara kerja sebagai pegawai bank.
Orientasi:
Pagi-pagi Budi sudah bersiap berangkat ke tempat wawancara. Sesampainya di sana, Budi masuk ruangan untuk diwawancarai langsung oleh manager bank.
Saat wawancara berlangsung, ada yang janggal karena pertanyaan dalam wawancara itu melenceng jauh, setidaknya itulah yang dirasakan Budi.
Manager Bank: Selamat pagi.
Budi: Selamat pagi pak.
Manager Bank: Kamu yang bernama Budi Prasetyo?
Budi: Betul pak.
Manager Bank: Kok mas Budi pengen kerja di sini kenapa ya?
Budi: Ya saya pengen berkarir pak, mencukupi kebutuhan ekonomi saya dan keluarga.
Krisis:
Manager Bank: Kok nggak ikut parpol aja mas biar bisa jadi anggota DPR?
Budi: Maksudnya pak?
Manager Bank: Mau nggak jadi anggota DPR?
Budi: Nggak ah pak…
Manager Bank: Kenapa? Kan gajinya gede. Gajinya sebulan setara dengan pegawai bank selama 6 bulan lho! Belum kalau dapet sabetan sana sini, bisa dapat milyaran…
Budi: Tapi kan nggak mudah juga pak…
Manager Bank: Siapa bilang? Kan kerjanya cuma tidur atau pura-pura menyimak rapat lah, jalan-jalan, marah-marah, gitu-gitu lah…
Budi: Ngak ah pak, nggak mau. Lagian nggak ngerti caranya biar bisa masuk di sana.
Manager Bank: Ya kamu aktif di parpol dulu.
Budi: memangnya ada gajinya pak?
Manager Bank: Ada, kalau partainya besar dan kaya.
Budi: Oh…
Manager Bank: Tau nggak syarat utama jadi anggota DPR?
Budi: Nggak tahu pak?
Manager Bank: Harus tega pokoknya.
Budi: Oh…tega gimana pak?
Manager Bank: tega ngibulin orang, nggelapin dana, menjegal lawan politik, gitu-gitu lah…
Budi: Kok bapak bisa tahu banyak gitu ya?
Manager Bank: Dulu sebelum jadi manager di sini aku jadi manager bank sebelah, isinya tabungan gelap para anggota DPR yang seneng nyolong. Daripada resiko mending aku keluar saja mas, akhirnya kerja di sini.
Budi: Oh…
Manager Bank: Kalau kamu mau sih aku bisa cariin jalan buat kamu biar jadi anggota DPR, dijamin pasti jadi, kan saya pernah pegang rahasianya mas…nggak cuma itu, kalau kamu misalnya belum berhasil menjadi anggota DPR, aku akan menggajimu tiap bulan. Serius ini mas, hayo mau nggak?
Budi: Nggak ah pak…saya mau cari rejeki halal saja.
Manager Bank: Ya sudah, kalau begitu mulai besok kamu kerja di sini.
Budi: Lha nggak jadi diwawancarai dulu pak?
Manager Bank: Kan sudah barusan…
Budi: Oh… boleh tanya pak?
Manager Bank: Silahkan mas…
Koda:
Budi: Hubungannya dengan DPR tadi apa ya pak kira-kira?
Manager Bank: Barang siapa yang tidak tertarik sedikitpun untuk menjadi anggota DPR maka akan saya terima kerja di sini.
# # # # #
Nah teman-teman, demikianlah contoh-contoh cerita anekdot sindiran terbaru yang bisa aku bagikan dalam artikel ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada artikel lainnya.